IHSG Rebound 0,41 Persen, Saham Emiten Emas dan Migas Jadi Pendorong Utama

Senin, 16 Juni 2025 | 11:15:35 WIB
IHSG Rebound 0,41 Persen, Saham Emiten Emas dan Migas Jadi Pendorong Utama

JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) memulai perdagangan awal pekan ini dengan sentimen positif. Pada Senin, 16 Juni 2025, IHSG berhasil dibuka menguat 28 poin atau setara 0,41 persen ke level 7.189, setelah pekan lalu ditutup di posisi 7.166.

Penguatan IHSG pada pembukaan perdagangan kali ini ditopang oleh reli di sejumlah sektor saham, terutama sektor energi, material dasar, kesehatan, teknologi, dan transportasi. Di sisi lain, sejumlah sektor masih mengalami tekanan, seperti sektor consumer non-primer, keuangan, properti, dan infrastruktur.

Kinerja positif IHSG ini sekaligus memperpanjang tren penguatan indeks sejak akhir pekan lalu, di mana IHSG sebelumnya telah mencatat kenaikan mingguan sebesar 0,74 persen, naik dari level 7.113 ke 7.166.

Secara rinci, beberapa saham unggulan menjadi motor penggerak penguatan indeks kali ini. Saham emiten pertambangan logam mulia dan energi menjadi yang paling dominan menopang laju indeks.

Salah satunya adalah saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), perusahaan jasa logistik laut yang bergerak di sektor energi dan pertambangan. Saham MBSS melonjak hingga menyentuh auto reject atas (ARA), menguat sebesar 24,59 persen ke posisi Rp2.280 per saham.

Selain MBSS, saham PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), yang bergerak di sektor perkebunan dan agribisnis, juga melesat signifikan hingga 25,93 persen menjadi Rp236 per saham. Penguatan signifikan ini turut menyumbang sentimen positif bagi pasar.

Kinerja positif juga terlihat pada saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), salah satu perusahaan tambang emas terkemuka di Indonesia. Saham ARCI naik 10,68 persen menjadi Rp570 per saham. Kinerja positif ARCI mencerminkan prospek cerah sektor pertambangan logam mulia di tengah tren kenaikan harga emas global.

Namun, tidak semua saham menikmati penguatan. Sejumlah saham justru mengalami koreksi harga, seperti saham PT Jembo Cable Company Tbk (JECC), PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI), dan PT Samudera Property Tbk (SPRE) yang mengalami tekanan jual.

Di sisi lain, aktivitas perdagangan investor asing menunjukkan optimisme pasar terhadap bursa saham domestik. Sepanjang pekan lalu, investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) hingga Rp1,30 triliun. Realisasi net buy ini membalikkan posisi net sell investor asing di pekan sebelumnya yang mencapai Rp4,70 triliun.

Optimisme investor terhadap IHSG ini turut tercermin dari data pergerakan harga saham selama sepekan terakhir. Sebanyak 403 saham berhasil ditutup menguat, 231 saham stagnan, dan 326 saham mengalami penurunan harga.

Lima saham dengan kontribusi terbesar terhadap penguatan indeks kali ini antara lain:

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS): Menguat 18,75 persen menjadi Rp494 per saham. BRMS merupakan salah satu pemain besar di sektor pertambangan mineral, khususnya emas dan tembaga.

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA): Naik 4,44 persen menjadi Rp10.000 per saham. Saham TPIA mendapat dorongan positif dari rencana ekspansi perusahaan di sektor petrokimia.

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN): Menguat 3,8 persen menjadi Rp8.200 per saham, didorong prospek cerah produksi tambang emas dan tembaga.

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA): Naik 4,23 persen menjadi Rp59.200 per saham. Emiten energi ini mendapatkan sentimen positif seiring penguatan harga komoditas global.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Saham bank swasta terbesar ini turut menguat 1,12 persen menjadi Rp9.025 per saham. BBCA tetap menjadi salah satu pilihan utama investor berkat fundamental yang solid.

Penguatan di sektor pertambangan, energi, dan perbankan menjadi sinyal positif bahwa pasar saham Indonesia masih memiliki prospek cerah di tengah berbagai tantangan global.

Analis pasar modal dari Reliance Sekuritas Indonesia, Lucky Bayu Purnomo, menilai bahwa kinerja IHSG di pekan ini akan banyak dipengaruhi oleh tren harga komoditas global, khususnya emas dan minyak dunia.

“Emiten-emiten yang bergerak di sektor energi dan logam mulia mendapat sentimen positif dari tren kenaikan harga minyak dan emas global. Potensi kenaikan IHSG masih terbuka, apalagi jika aksi beli investor asing terus berlanjut,” ujar Lucky.

Lebih lanjut, Lucky menjelaskan bahwa tren kenaikan harga minyak mentah dunia mendorong prospek kinerja emiten di sektor energi. Sementara itu, harga emas yang terus naik memberikan katalis positif untuk saham-saham pertambangan logam mulia seperti ARCI dan BRMS.

“Selain faktor eksternal, penguatan IHSG juga didukung oleh aksi korporasi sejumlah emiten besar dan ekspektasi positif terhadap kinerja keuangan kuartal kedua 2025,” tambah Lucky.

Di tengah penguatan ini, para pelaku pasar tetap disarankan untuk melakukan strategi investasi yang bijak dengan memperhatikan pergerakan sektor-sektor potensial.

Sektor teknologi, kesehatan, dan transportasi juga diprediksi memiliki prospek cerah dalam jangka menengah. Dengan sinyal positif dari net buy asing dan tren penguatan harga komoditas, IHSG diproyeksikan memiliki peluang menembus level resistance baru di kisaran 7.200 hingga 7.250 dalam beberapa hari ke depan.

Sementara itu, analis lainnya juga memperingatkan agar investor tetap berhati-hati terhadap kemungkinan volatilitas global, seperti pergerakan suku bunga The Fed dan ketidakpastian geopolitik yang masih berpotensi mempengaruhi pasar keuangan dunia.

Dengan IHSG yang terus menunjukkan tren penguatan dan partisipasi aktif investor asing, optimisme terhadap pasar saham Indonesia di paruh kedua 2025 semakin menguat. Emiten-emiten berbasis komoditas, terutama logam mulia dan energi, diperkirakan akan tetap menjadi primadona bagi para investor.

Bagi investor ritel, momentum penguatan IHSG kali ini dapat menjadi peluang untuk memperkuat portofolio di sektor-sektor yang memiliki prospek cerah, sembari tetap memantau perkembangan makroekonomi global yang berpotensi mempengaruhi arah pergerakan pasar.

Terkini