Indonesia dan Swiss Tingkatkan Kerja Sama Bilateral melalui Proyek PLTA untuk Mendorong Transisi Energi Berkelanjutan dan Pengurangan Emisi Karbon

Rabu, 16 April 2025 | 08:09:33 WIB
Indonesia dan Swiss Tingkatkan Kerja Sama Bilateral melalui Proyek PLTA untuk Mendorong Transisi Energi Berkelanjutan dan Pengurangan Emisi Karbon

JAKARTA - Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dipastikan akan menjadi fondasi utama dalam kerja sama bilateral antara Indonesia dan Swiss di sektor energi berkelanjutan. Hal ini ditegaskan langsung oleh Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, dalam forum bergengsi Konferensi PLTA Indonesia–Swiss 2025 yang digelar pada Selasa, 15 April 2025.

Zehnder menyampaikan bahwa proyek-proyek PLTA bukan hanya sekadar upaya meningkatkan kapasitas pembangkitan energi bersih, melainkan juga menjadi simbol diplomasi energi serta komitmen bersama kedua negara dalam mengatasi krisis iklim global.\

“Swiss adalah pemimpin global dalam pengembangan PLTA yang efisien dan berkelanjutan. Kami ingin berbagi pengetahuan dan teknologi dengan Indonesia untuk mendukung transisi energi hijau yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Zehnder dalam sambutannya di hadapan peserta konferensi.

PLTA sebagai Wujud Diplomasi Energi dan Mitigasi Iklim

Lebih lanjut, Zehnder menekankan bahwa PLTA bukan sekadar solusi teknis untuk pembangkitan listrik. Menurutnya, PLTA mencerminkan tata kelola air yang cerdas, konservasi lingkungan, serta keberpihakan pada kebutuhan masyarakat lokal.

“Hydropower tidak hanya tentang energi, tetapi juga mencerminkan bagaimana kita mengelola sumber daya air secara efisien, ramah lingkungan, dan sosial,” tegasnya.

Diplomasi energi ini, menurut Zehnder, penting dalam mendukung upaya global menurunkan emisi karbon serta membantu negara-negara mitra seperti Indonesia dalam mencapai target-target iklim nasional. Komitmen Swiss, menurutnya, tak hanya sebatas teknologi, melainkan juga dukungan finansial dan kelembagaan.

Dorongan untuk Transisi Energi Indonesia

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar, dinilai menjadi mitra strategis bagi Swiss. Dalam konteks transisi energi nasional, PLTA memiliki peran penting dalam menurunkan ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi.

“Kami melihat Indonesia sebagai mitra utama dalam kerja sama energi bersih. PLTA adalah bagian krusial dari strategi transisi energi nasional Indonesia dan Swiss siap membantu dari sisi teknologi dan pendanaan,” ucap Zehnder.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi PLTA hingga 75 GW, namun baru sekitar 6% yang telah dimanfaatkan. Melalui kolaborasi internasional seperti dengan Swiss, angka tersebut diharapkan terus meningkat seiring dengan akselerasi pembangunan infrastruktur energi hijau.

Konferensi Indonesia–Swiss Hadirkan Pelaku Utama Energi dan Pendidikan

Konferensi PLTA Indonesia–Swiss 2025 menjadi forum strategis yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari kedua negara, mulai dari universitas terkemuka, pelaku industri energi, hingga lembaga pemerintahan.

Dari pihak Swiss, hadir sejumlah institusi dan perusahaan ternama seperti State Secretariat for Economic Affairs (SECO), École polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL Lausanne), HESSO Valais-Wallis, dan Swatatek Energy. Mereka membawa keahlian di bidang rekayasa PLTA, efisiensi energi, serta manajemen proyek energi berkelanjutan.

Konferensi ini juga menjadi ajang diskusi mendalam tentang peluang kerja sama riset, transfer teknologi, serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia di sektor energi terbarukan.

“Kerja sama ini sangat penting untuk membuka akses terhadap inovasi dan pendidikan. Kami berharap universitas di Indonesia bisa menjalin kerja sama jangka panjang dengan institusi kami,” ujar perwakilan dari EPFL Lausanne dalam sesi diskusi panel.

Peran Strategis Swiss: Teknologi dan Pendanaan

Duta Besar Zehnder juga menyampaikan bahwa keterlibatan Swiss dalam proyek-proyek PLTA di Indonesia bukan hanya sebatas dukungan teknis, tetapi juga menyangkut aspek pendanaan berkelanjutan. Swiss melalui lembaga seperti SECO telah menyalurkan bantuan dan investasi untuk proyek energi bersih di berbagai negara berkembang.

“Kami ingin memastikan bahwa negara-negara mitra seperti Indonesia memiliki akses ke teknologi energi bersih, sekaligus dukungan finansial untuk mewujudkan proyek-proyek tersebut,” terang Zehnder.

Selain itu, kerja sama bilateral ini juga akan memperkuat posisi Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Prospek Proyek PLTA Mendatang

Sejumlah proyek PLTA potensial telah mulai dibahas dalam forum tersebut, termasuk kemungkinan pengembangan PLTA skala menengah di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Teknologi Swiss yang dikenal unggul dalam efisiensi dan minim dampak lingkungan diharapkan dapat diterapkan di Indonesia, dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat setempat.

Sebagai contoh, teknologi run-of-river yang dikembangkan oleh perusahaan Swiss memungkinkan pembangkitan listrik tanpa membendung sungai besar, sehingga meminimalisasi dampak ekologis dan sosial.

Kementerian ESDM menyambut baik kerja sama ini dan menyebut bahwa kolaborasi dengan Swiss dapat menjadi model pengembangan PLTA berkelanjutan yang bisa direplikasi di wilayah lain di Indonesia.

“Kami percaya bahwa kerja sama ini bisa menciptakan proyek-proyek energi bersih yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga adil secara sosial dan ramah lingkungan,” ungkap perwakilan Kementerian ESDM.

Menuju Masa Depan Energi Bersih dan Diplomasi Global

Kerja sama antara Indonesia dan Swiss dalam sektor PLTA mencerminkan transformasi diplomasi energi ke arah yang lebih kolaboratif dan solutif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Kedua negara sepakat bahwa transisi energi tidak bisa dilakukan secara terpisah, melainkan membutuhkan sinergi lintas negara, sektor, dan generasi.

“Ini bukan hanya soal kerja sama energi, tetapi juga tentang membangun masa depan bersama yang lebih bersih, adil, dan berkelanjutan,” pungkas Zehnder menutup konferensi.

Melalui pendekatan holistik, melibatkan teknologi, pendidikan, kelembagaan, dan pembiayaan, Indonesia dan Swiss kini berada di jalur yang sama untuk membangun ekosistem energi hijau yang tangguh dan inklusif. PLTA menjadi simbol dari visi bersama menuju dunia yang lebih hijau—dimulai dari sungai-sungai yang mengalirkan harapan dan kolaborasi antarbenua.

Terkini