PLN EPI Percepat Pemanfaatan Biomassa sebagai Energi Listrik Ramah Lingkungan, Targetkan 10 Juta Ton pada 2030

Selasa, 15 April 2025 | 08:18:48 WIB
PLN EPI Percepat Pemanfaatan Biomassa sebagai Energi Listrik Ramah Lingkungan, Targetkan 10 Juta Ton pada 2030

JAKARTA - PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), anak perusahaan PT PLN (Persero), terus memperkuat komitmennya dalam transisi energi melalui percepatan pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar pendamping (co-firing) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Upaya ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang PLN untuk menekan emisi karbon dan memperluas porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.

Langkah konkret tersebut diperkuat dengan penerapan sistem digitalisasi yang menyeluruh guna memastikan proses rantai pasok biomassa berlangsung secara efisien, akuntabel, dan transparan. Digitalisasi ini memungkinkan pemetaan, pemantauan, dan pengelolaan penyediaan biomassa dari hulu ke hilir.

"Kita tidak sekadar meluncurkan aplikasi digital, tetapi membangun platform yang mampu memetakan, memantau, dan mengintegrasikan seluruh proses penyediaan biomassa secara efisien dan berkelanjutan," tegas Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Adi Lumakso.

Biomassa: Energi Rakyat yang Berkelanjutan

Berbeda dari batu bara dan gas alam yang pengelolaannya cenderung terpusat dan bersifat korporasi besar, biomassa justru lebih dekat dengan masyarakat dan berbasis pada ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, strategi pengembangannya mengedepankan kerja sama dengan komunitas lokal, petani, dan koperasi.

“Biomassa adalah sumber energi yang berbasis rakyat. Target kita adalah mampu menyuplai hingga 10 juta ton biomassa per tahun pada 2030. Ini harus kita wujudkan dengan membangun model bisnis yang inklusif dan berkelanjutan, melalui kolaborasi aktif dengan petani dan koperasi lokal,” lanjut Adi Lumakso.

PLN EPI telah mengembangkan aplikasi digital yang mencakup berbagai fitur penting, mulai dari pemetaan lahan, pelaporan penanaman dan pemanenan, hingga distribusi dan pengolahan bahan baku menjadi biomassa siap pakai. Dalam uji coba awal yang dilakukan bersama petani di Tasikmalaya, aplikasi ini mendapat tanggapan positif karena kemudahan penggunaan dan fungsionalitasnya.

Integrasi dengan PLTU Eksisting

Salah satu tantangan utama dalam implementasi co-firing biomassa adalah integrasi dengan sistem PLTU yang sudah ada. Menanggapi hal ini, PLN menyusun skema adaptasi teknologi dan operasional untuk memastikan bahwa biomassa dapat terserap dengan baik dalam proses pembakaran bersama batu bara.

Adi mengungkapkan bahwa PLN saat ini sedang memfinalisasi skema teknis dan logistik agar pasokan biomassa tidak hanya tersedia, tetapi juga dapat digunakan secara optimal di seluruh PLTU yang menjadi sasaran program co-firing. Dalam jangka menengah, PLN menargetkan agar biomassa dapat digunakan di puluhan PLTU di seluruh Indonesia.

Peran Masyarakat Lokal dalam Transisi Energi

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menyukseskan program biomassa ini. Menurutnya, model pengembangan biomassa harus menjadi bagian dari upaya pemberdayaan rakyat sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.

“Kami ingin menciptakan model penyediaan energi dari rakyat untuk rakyat. Melalui biomassa, kita tidak hanya mendorong kemandirian energi, tetapi juga berkontribusi dalam penurunan emisi karbon secara signifikan,” ujar Iwan Agung.

Pemanfaatan biomassa dinilai sebagai solusi win-win karena dapat menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, sekaligus memberikan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan bagi industri kelistrikan nasional. Iwan menambahkan, keberhasilan program ini akan sangat tergantung pada sinergi antara pemerintah, BUMN, swasta, dan masyarakat.

Menuju Energi Hijau dan Ekonomi Sirkular

Dalam konteks global, pengembangan biomassa menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Melalui co-firing biomassa, PLN berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan pada batu bara serta memacu terciptanya ekonomi sirkular berbasis limbah organik dan residu pertanian.

Jenis biomassa yang digunakan dalam program ini beragam, antara lain sekam padi, tongkol jagung, limbah sawit, serbuk gergaji, dan bahan organik lainnya yang berasal dari sisa pertanian maupun kehutanan.

PLN EPI juga secara aktif membuka peluang kemitraan dengan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dalam penyediaan bahan baku biomassa, termasuk pengolahan residu menjadi pelet atau chip yang siap digunakan di PLTU.

Tantangan dan Harapan

Meskipun prospeknya menjanjikan, pengembangan biomassa tidak lepas dari tantangan, terutama terkait logistik, kualitas bahan bakar, dan kesinambungan pasokan. Untuk itu, digitalisasi rantai pasok menjadi elemen kunci dalam menjamin keberhasilan implementasi program ini.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM juga mendukung inisiatif PLN ini dan mendorong regulasi yang mendukung akselerasi pemanfaatan energi terbarukan, termasuk penyederhanaan perizinan dan insentif fiskal bagi pelaku usaha biomassa.

PLN EPI di Garda Depan Energi Hijau

Dengan langkah strategis ini, PLN EPI menunjukkan komitmennya sebagai pelopor transformasi energi nasional. Upaya mempercepat pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit listrik tidak hanya penting bagi ketahanan energi nasional, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

Melalui integrasi teknologi, kemitraan dengan masyarakat, dan dukungan kebijakan, Indonesia semakin dekat untuk mewujudkan visi energi hijau yang inklusif dan berkeadilan.

“Transisi energi tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh kolaborasi dari semua pihak – pemerintah, swasta, dan rakyat. PLN siap menjadi bagian dari solusi tersebut,” tutup Iwan Agung Firstantara.

Terkini