Aksi Damai Mahasiswa West Papua di Nabire Dikawal Ketat, Polisi Amankan Ketapel dan Spanduk

Senin, 07 April 2025 | 12:50:48 WIB
Aksi Damai Mahasiswa West Papua di Nabire Dikawal Ketat, Polisi Amankan Ketapel dan Spanduk

Jakarta - Aksi damai yang digelar Forum Independen Mahasiswa West Papua (FIMWP) berlangsung di dua titik strategis Kota Nabire, Senin, 7 April 2025, mendapat pengawalan ketat dari aparat gabungan TNI dan POLRI. Dua lokasi yang menjadi pusat konsentrasi massa adalah Gerbang Sadu Wadio dan area samping Pasar Karang Tumaritis.

Kapolres Nabire, AKBP Samuel D. Tatiratu, S.I.K., memimpin langsung jalannya pengamanan dengan melibatkan ratusan personel gabungan. Tercatat, enam titik penjagaan didirikan di sekitar lokasi aksi untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan keamanan dan menjaga ketertiban umum, Senin, 7 April 2025.

“Kami ingin memastikan bahwa aspirasi yang disampaikan tetap berjalan dalam koridor hukum dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat lainnya,” ujar AKBP Samuel kepada wartawan usai menemui peserta aksi di sekitar Pasar Karang.

Imbauan Tak Long March Demi Ketertiban

Dalam dialog terbuka dengan massa di Pasar Karang, Kapolres Nabire mengimbau agar demonstrasi tidak dilakukan dalam bentuk long march. Ia menyatakan bahwa kegiatan jalan kaki dalam jumlah besar dikhawatirkan dapat mengganggu pengguna jalan dan aktivitas umum lainnya.

"Silakan menyampaikan pendapat, itu hak saudara-saudara semua. Tapi long march tidak diizinkan karena berisiko menimbulkan gangguan terhadap ketertiban umum," tegasnya.

Untuk mengakomodasi keinginan massa agar aspirasinya bisa disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Tengah, pihak kepolisian menyediakan fasilitas transportasi berupa truk terbuka. Setiap titik aksi disediakan tiga truk pengangkut massa yang bukan milik TNI atau POLRI.

"Ini bentuk tanggung jawab kami untuk mencegah bentrok serta memastikan demonstrasi berlangsung damai dan aman,” tambah AKBP Samuel.

Sebagian Massa Tetap Bertahan, Sampaikan Orasi

Meski telah difasilitasi, sebagian massa aksi memilih bertahan di lokasi semula dan tetap menyampaikan orasi secara bergantian. Koordinator lapangan menolak menggunakan kendaraan yang disiapkan dan memutuskan untuk tidak bergerak ke titik lain.

Aksi berlangsung damai di titik ini meski disertai teriakan tuntutan dan pengibaran sejumlah spanduk berisi pesan politik.

Ketegangan di Gerbang Sadu Wadio: Ketapel dan Gas Air Mata

Berbeda dengan situasi di Pasar Karang, tensi meningkat di titik aksi Gerbang Sadu Wadio. Massa aksi sempat melawan imbauan aparat dengan melontarkan serangan menggunakan ketapel. Petugas pun terpaksa mengambil tindakan pengendalian massa secara terukur dengan melepaskan tembakan gas air mata.

Insiden ini membuat situasi sempat memanas selama beberapa menit, namun berhasil dikendalikan tanpa ada laporan korban luka. Massa kemudian membubarkan diri secara tertib setelah situasi dinyatakan aman oleh pihak kepolisian.

“Kami tidak ingin ada bentrok. Penggunaan gas air mata adalah langkah terakhir agar tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk,” terang seorang perwira pengendali di lokasi.

Usai kejadian, aparat mengamankan sejumlah barang bukti berupa spanduk dan ketapel yang digunakan massa. Barang-barang tersebut akan didata lebih lanjut untuk keperluan investigasi.

Komitmen Polisi Jaga Hak Demokrasi dan Ketertiban

Pihak kepolisian menegaskan tetap menghormati hak masyarakat dalam menyampaikan pendapat di muka umum, sepanjang aksi dilakukan secara damai dan tidak melanggar aturan yang berlaku.

“Kami terbuka terhadap aspirasi warga, termasuk mahasiswa, namun tetap harus mengutamakan keselamatan bersama dan tidak boleh ada tindakan provokatif,” ujar AKBP Samuel menutup pernyataannya.

Aksi ini menjadi sorotan karena dilaksanakan di tengah meningkatnya tensi politik lokal terkait isu-isu hak asasi manusia dan aspirasi mahasiswa Papua. Pihak keamanan berharap ke depan penyampaian pendapat publik dapat terus dilakukan secara damai dan bertanggung jawab.

Terkini