Komisi VI DPR Desak BUMN Karya Segera Lunasi Kewajiban kepada Mitra

Jumat, 04 April 2025 | 14:40:38 WIB
Komisi VI DPR Desak BUMN Karya Segera Lunasi Kewajiban kepada Mitra

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, menegaskan pentingnya bagi perusahaan BUMN Karya untuk segera menyelesaikan kewajiban finansial mereka kepada subkontraktor, pemasok, dan mitra terkait lainnya. Penegasan ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang membahas Evaluasi Kinerja Korporasi Tahun 2024, yang dihadiri oleh Direktur Utama PT Wijaya Karya (WIKA), PT Adhi Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, serta PT Brantas Abipraya pada Rabu, 5 Maret 2025.

Penundaan Pembayaran Mengancam Reputasi BUMN Karya

Dalam rapat tersebut, Adisatrya menyoroti bahwa penundaan pembayaran kepada mitra bisnis dapat merusak reputasi perusahaan-perusahaan BUMN Karya. Ia menekankan bahwa saat ini berkembang persepsi negatif di kalangan mitra bisnis mengenai kepastian pembayaran dari BUMN Karya. "Sekarang terjadi persepsi bahwa jika mendapatkan pekerjaan dari perusahaan ini, apakah dibayar atau tidak? Nah, ini harus kita perbaiki. Kita harus hilangkan persepsi negatif ini," ujar Adisatrya. ?

Dampak Finansial dan Operasional Akibat Penundaan Pembayaran

Penundaan pembayaran oleh BUMN Karya tidak hanya berdampak pada reputasi perusahaan, tetapi juga menimbulkan konsekuensi finansial dan operasional bagi subkontraktor dan pemasok. Banyak dari mereka yang mengalami kesulitan arus kas, yang pada gilirannya mempengaruhi kelancaran proyek dan operasional mereka. Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa beberapa BUMN Karya memiliki utang yang signifikan kepada vendor dan subkontraktor.

Upaya BUMN Karya dalam Melunasi Kewajiban

Meskipun menghadapi tekanan finansial, beberapa BUMN Karya telah mengambil langkah untuk memenuhi kewajiban mereka kepada mitra bisnis. Sepanjang tahun 2024, emiten BUMN Karya tercatat telah mengeluarkan dana sebesar Rp58,85 triliun untuk membayar vendor dan subkontraktor. Secara rinci, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mengalokasikan Rp17,59 triliun, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) Rp7,12 triliun, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) Rp16,17 triliun, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) Rp17,97 triliun.

Tantangan dan Langkah ke Depan

Meskipun upaya tersebut telah dilakukan, tantangan masih ada. Beberapa BUMN Karya masih menghadapi tekanan likuiditas dan beban utang yang tinggi, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban pembayaran tepat waktu. Dalam konteks ini, diperlukan strategi komprehensif yang mencakup restrukturisasi keuangan, peningkatan efisiensi operasional, dan transparansi dalam manajemen proyek.?

Pentingnya Transparansi dan Akuntabilitas

Adisatrya juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan BUMN Karya. Ia mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk secara terbuka melaporkan kondisi keuangan mereka dan langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan kewajiban kepada mitra bisnis. "Kita perlu memastikan bahwa BUMN Karya tidak hanya fokus pada pencapaian proyek, tetapi juga pada tanggung jawab mereka kepada mitra bisnis yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan proyek tersebut," tambahnya.?

Harapan untuk Masa Depan

Dengan adanya perhatian dari Komisi VI DPR RI dan upaya dari BUMN Karya, diharapkan permasalahan penundaan pembayaran kepada mitra bisnis dapat segera diselesaikan. Hal ini penting untuk memulihkan kepercayaan mitra bisnis dan memastikan kelancaran pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur di masa mendatang.?

Sebagai penutup, Adisatrya mengingatkan bahwa keberhasilan BUMN Karya tidak hanya diukur dari jumlah proyek yang diselesaikan, tetapi juga dari bagaimana mereka memenuhi komitmen kepada mitra bisnis dan menjaga reputasi baik di industri konstruksi.?

Terkini