Penjualan Properti di DIY Anjlok hingga 30 Persen, Daya Beli Masyarakat Melemah

Jumat, 04 April 2025 | 14:57:40 WIB

JAKARTA - Penjualan properti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan signifikan hingga 30 persen pada periode Januari hingga Maret 2025. DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY menyebut melemahnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama merosotnya angka penjualan di berbagai segmen harga properti.

Ketua DPD REI DIY, Ilham Muhammad Nur, mengungkapkan bahwa kondisi ini bahkan lebih parah dibandingkan saat pandemi Covid-19. “Jika pada masa pandemi rata-rata penjualan properti di angka lima, lalu turun menjadi satu hingga dua unit, maka saat ini sudah hampir nihil, terutama pada Maret 2025,” ujar Ilham, Jumat 4 April 2025.

Ilham menambahkan bahwa pada bulan Maret, yang bertepatan dengan bulan Ramadan, minat masyarakat untuk berkunjung ke lokasi perumahan semakin menurun. Faktor ini turut memperburuk kondisi penjualan properti di DIY. “Biasanya saat bulan puasa, orang lebih fokus pada persiapan Lebaran dan jarang mencari rumah,” tambahnya.

Daya Beli Tertekan, Properti Segala Segmen Terpengaruh

Menurut Ilham, penurunan ini tidak hanya terjadi pada properti kelas menengah ke atas, tetapi juga menyasar segmen rumah subsidi yang biasanya memiliki permintaan stabil. “Dulu, meski ada kondisi ekonomi yang kurang baik, rumah subsidi masih cukup diminati. Namun, sekarang pun segmen ini ikut terpuruk,” jelasnya.

Ia menilai daya beli masyarakat terus tergerus akibat berbagai faktor, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini menyebabkan masyarakat menunda keputusan besar, termasuk dalam membeli properti.

“Banyak masyarakat yang lebih memilih menahan uang mereka untuk kebutuhan yang lebih mendesak dibandingkan membeli rumah,” kata Ilham.

Perbankan dan Suku Bunga KPR Jadi Tantangan

Selain daya beli yang menurun, faktor perbankan juga turut memengaruhi kondisi pasar properti di DIY. Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang cenderung tinggi membuat masyarakat semakin berpikir ulang untuk mengajukan pinjaman.

“KPR adalah salah satu instrumen utama dalam pembelian rumah, tetapi dengan suku bunga yang masih cukup tinggi, masyarakat memilih untuk menunda atau bahkan membatalkan rencana membeli properti,” ungkap Ilham.

Dari sisi pengembang, kondisi ini juga menambah tantangan baru. Banyak pengembang yang harus beradaptasi dengan menawarkan berbagai promo, seperti diskon harga, uang muka rendah, hingga bunga KPR yang lebih kompetitif bekerja sama dengan bank.

Strategi Pengembang untuk Bangkit

Menghadapi kondisi pasar yang lesu, pengembang di DIY mulai menerapkan strategi khusus agar tetap bertahan. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain menawarkan program cicilan yang lebih fleksibel, memberikan bonus renovasi, hingga berkolaborasi dengan perbankan untuk menghadirkan skema KPR yang lebih terjangkau.

“Kami tidak bisa hanya pasrah dengan kondisi ini. Kami mencoba berbagai strategi agar pasar kembali bergairah. Salah satunya dengan memberikan insentif menarik kepada pembeli,” ujar Ilham.

Selain itu, ia berharap pemerintah dapat memberikan stimulus ekonomi yang dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat. “Misalnya, dengan memberikan subsidi tambahan untuk pembelian rumah, atau menurunkan pajak properti bagi pembeli pertama,” katanya.

Harapan Pasar Properti DIY ke Depan

Meskipun kondisi saat ini cukup menantang, Ilham optimistis bahwa pasar properti DIY akan kembali pulih dalam beberapa bulan ke depan, terutama setelah Lebaran 2025. Ia berharap setelah periode libur panjang, masyarakat kembali fokus pada investasi jangka panjang, termasuk membeli properti.

“Kami berharap setelah Lebaran ada pergerakan positif di pasar. Biasanya, setelah libur panjang dan THR sudah cair, masyarakat mulai mempertimbangkan kembali untuk membeli rumah,” kata Ilham.

Sementara itu, DPD REI DIY juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik guna mengatasi tantangan di industri properti saat ini. “Kami ingin agar sektor properti di DIY kembali bergairah, karena ini juga berpengaruh terhadap sektor lain, seperti konstruksi, bahan bangunan, dan tenaga kerja,” tutupnya.

Dengan berbagai strategi dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan pasar properti di DIY bisa kembali stabil dan tumbuh secara berkelanjutan dalam waktu dekat.

Terkini