JAKARTA - Yogyakarta, sebuah kota yang kaya akan budaya dan tradisi, kembali menampilkan pesonanya yang khas saat bulan Ramadan tiba. Di tengah hiruk pikuk dan keramaian, terdapat sebuah tradisi yang tetap lestari hingga saat ini, yaitu Pasar Sore Ramadan Kauman. Berlokasi di kampung kelahiran organisasi besar Muhammadiyah, Pasar Sore ini menawarkan pengalaman kuliner otentik yang menjadikannya sebagai salah satu destinasi wajib bagi warga lokal maupun wisatawan.
Asal-Usul Pasar Sore Ramadan Kauman
Pasar Sore Ramadan Kauman bukan sekadar tempat untuk membeli makanan berbuka. Ia adalah lambang sejarah dan tradisi yang memiliki akar mendalam di Yogyakarta, khususnya di Kauman. Sebelum menjadi begitu terkenal, kegiatan jual beli di tempat ini sudah dimulai sejak sebelum tahun 1970-an dengan para pedagang yang menawarkan berbagai olahan makanan sehari-hari, tidak terbatas hanya saat bulan Ramadan. "Sebelum tahun 1970-an ada beberapa penjual makanan seperti lauk pauk. Jualan awal itu harian, tidak saja bulan puasa," jelas Chawari, Ketua RW 10 Kauman.
Transformasi signifikan terjadi sekitar tahun 1994-1995 ketika para pedagang mulai menggunakan tenda untuk menawarkan dagangan mereka, langkah ini kemudian difasilitasi oleh RW setempat. Langkah ini bukan hanya meningkatkan kenyamanan bagi para pedagang dan pembeli tetapi juga menandai awal mula terbentuknya tradisi Pasar Sore yang lebih terstruktur.
Menu Khas yang Menggugah Selera
Pasar Sore Ramadan Kauman adalah surganya pencinta kuliner. Dari mulut gang hingga ujungnya, beragam jajanan tradisional bisa ditemukan, dan beberapa yang paling terkenal adalah Kicak dan Songgo Buwono. Kicak adalah makanan manis dari olahan ketan yang menjadi favorit banyak orang saat berbuka. Sementara itu, Songgo Buwono, hidangan kesukaan Sultan Hamengku Buwono VIII, dibuat dari kue sus berisi telur, suwiran ayam, selada, dan lengkap dengan acar. "Songgo Buwono kan makanan kesukaan Sultan Hamengku Buwono VIII. Makanan yg kita buat banyak mengacu pada kesukaan Sultan," ungkap Chawari.
Partisipasi Pengelolaan Warga dan Pedagang
Keberhasilan Pasar Sore ini tidak terlepas dari pengelolaan yang rapi oleh masyarakat setempat khususnya RW 10 Kauman. Tidak hanya didominasi pedagang asli Kauman, pasar ini juga membuka peluang bagi pedagang dari luar daerah untuk berpartisipasi cukup dengan biaya sewa lapak Rp 200.000 yang sudah termasuk fasilitasi meja dan tenda. "Pedagang kita undang untuk pendaftaran. Kita sudah menyediakan form, ada tata tertib," kata Chawari menambahkan.
Pasar ini juga sangat memperhatikan aspek kebersihan dan pengelolaan sampah. Sejak awal, para pedagang diwajibkan untuk membawa pulang sampah dagangannya, sebuah kebijakan yang sudah lama diterapkan bahkan sebelum isu lingkungan menjadi perhatian utama di banyak kota besar, termasuk Yogyakarta.
Dari Masa ke Masa: Evolusi dan Harapan
Sejak resmi dikelola oleh RW 10 pada tahun 1996, tepatnya 1 Ramadan 1416/22 Januari 1996, Pasar Sore Ramadan Kauman mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Pengelolaan yang dilakukan secara berkelanjutan telah membuat pasar ini semakin baik dari sisi fasilitas dan manajemen, menjadikannya daya tarik tidak hanya karena kulinernya tetapi juga karena pengalamannya yang autentik.
Di samping Pasar Sore, warga RW 10 juga aktif dalam berbagai kegiatan Ramadan lainnya seperti tadarus dan pengelolaan parkir, menunjukkan bahwa Kauman bukan hanya sekedar tempat tinggal, tetapi juga komunitas yang hidup dan bergerak bersama, menambah nilai pada pengalaman wisata kuliner di sini.
Chawari berharap bahwa Pasar Sore Ramadan Kauman bisa terus dipertahankan sebagai sarana memperkenalkan jajanan khas Kauman kepada generasi muda serta para wisatawan. “Saya selaku pengelola berusaha mempertahankan itu. Sebagai pengelola kami berharap mampu mempertahankan tradisi ini sekaligus makanan khas Kauman yang dijual,” tutupnya.
Pasar Sore Ramadan Kauman adalah contoh nyata bagaimana sebuah komunitas dapat menjaga tradisi dan warisan budaya mereka di tengah modernisasi. Dengan beragam kuliner yang disuguhkan, pengelolaan yang baik, serta partisipasi aktif dari warga dan pedagang, Pasar Sore ini terus menggaet hati banyak orang setiap tahunnya. Bagi Anda yang merencanakan kunjungan ke Yogyakarta selama bulan suci, menempatkan Pasar Sore Ramadan Kauman pada daftar destinasi Anda adalah pilihan yang tidak akan mengecewakan.