Aplikasi BYOND BSI Error dan Peristiwa Peretasan Data Nasabah

Senin, 10 Februari 2025 | 22:31:35 WIB
Aplikasi BYOND BSI Error

JAKARTA - Belakangan ini, aplikasi digital PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang dikenal sebagai BYOND mengalami gangguan signifikan, menarik perhatian luas dari para nasabah. Berdasarkan pernyataan Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, gangguan ini disebabkan oleh proses upgrade sistem yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan transaksi. 

Namun, selama proses ini, nasabah menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan e-Channel, meskipun transaksi tetap dapat dilakukan melalui cabang-cabang BSI. Hingga 10 Februari 2025, aplikasi BYOND dilaporkan masih belum dapat berfungsi, mengakibatkan sejumlah nasabah harus beralih ke layanan bank lain.

Panduan lebih lanjut diberikan oleh Wisnu yang menegaskan pentingnya menjaga kerahasiaan informasi pribadi seperti PIN, Password, dan OTP. Dia juga mengimbau nasabah untuk melaporkan kendala melalui BSI Call Center atau mengunjungi situs resmi BSI.

Namun, bukan hanya gangguan teknis yang menjadi sorotan. Tahun sebelumnya, BSI juga terlibat dalam kontroversi peretasan yang mengancam kebocoran data nasabah. Insiden ini diklaim disebabkan oleh serangan siber dari kelompok ransomware LockBit 3.0, yang mengaku berhasil mencuri 1,5 TB data termasuk informasi 15 juta nasabah dan karyawan. Hingga saat ini, meskipun berbagai pernyataan menenangkan dari para pejabat BSI, termasuk dari Wakil Direktur BSI, Bob Tyasika Ananta yang menyebutkan bahwa data nasabah aman, kekhawatiran tetap ada di kalangan publik.

Saat insiden tersebut pada Mei 2023, banyak layanan termasuk BSI Mobile dan ATM mengalami gangguan. Masyarakat dikejutkan dengan klaim kelompok ransomware yang mengancam penyebaran data jika tuntutannya tidak dipenuhi. Bahkan, beberapa nasabah melaporkan kehilangan dana akibat dugaan adanya aktivitas phishing yang terlepas dari insiden utama ini.

Merespons situasi ini, berbagai pihak termasuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) mendesak tentang pentingnya perlindungan data dan peningkatan keamanan sistem elektronik di sektor perbankan. Mereka menyerukan tindakan tegas untuk mengamankan sistem dan melindungi konsumen.

BSSN menyebut telah melakukan komunikasi sejak awal gangguan layanan pada 8 Mei 2023. Dalam proses tersebut, pihak BSI mengklaim berhasil melakukan pemulihan sistem secara bertahap. Namun, serangan siber seperti ini mengindikasikan kebutuhan mendesak akan audit mendalam dan peningkatan keamanan berkelanjutan di tingkat infrastruktur.

Selain itu, OJK meminta investigasi mendalam untuk memahami sumber gangguan serta mendorong audit forensik untuk mendeteksi celah-celah keamanan yang perlu ditangani. Industri perbankan di Indonesia diingatkan untuk selalu memperkuat ketahanan digital dalam menghadapi ancaman serupa di masa depan.

Sebagai langkah konkret, OJK telah menekankan pentingnya pelaksanaan komprehensif regulasi yang mengatur manajemen risiko dan penggunaan teknologi informasi dalam sektor perbankan. Bersamaan dengan itu, edukasi kepada nasabah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penipuan digital menjadi bagian penting dari upaya perlindungan konsumen.

Kini, meskipun BSI telah memulihkan layanan sepenuhnya dan melanjutkan aktivitas perbankan normal termasuk pelunasan dana haji dan transaksi pemerintah, tantangan menjaga kepercayaan nasabah tetap menjadi prioritas utama bagi manajemen BSI. Para nasabah diimbau untuk tetap menjaga kerahasiaan akses mereka dan waspada terhadap penipuan digital yang kian canggih. Edukasi dan transparansi informasi dari pihak bank menjadi kunci mengatasi potensi krisis kepercayaan di masa depan.

Terkini