Erick Thohir Evaluasi Industri Penerbangan Indonesia Usai Kecelakaan Pesawat di Korea

Jumat, 03 Januari 2025 | 10:22:14 WIB
Erick Thohir Evaluasi Industri Penerbangan Indonesia Usai Kecelakaan Pesawat di Korea

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengambil langkah tegas dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap industri penerbangan di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap beberapa insiden kecelakaan pesawat yang terjadi belakangan ini di berbagai negara, termasuk Korea Selatan.

Dalam upaya ini, Erick Thohir mengundang para pemimpin dari beberapa maskapai penerbangan nasional seperti Garuda Indonesia, Citilink, Pelita Air, serta perwakilan dari InJourney Airports dan AirNav untuk membahas topik keselamatan penerbangan di Indonesia. "Hari ini saya rapat bersama Garuda, Citilink, Pelita, Airport, dan AirNAV untuk tiga hal," ungkap Erick pada Jumat, 3 Januari 2025.

Erick menekankan pentingnya menjaga keselamatan penerbangan domestik maupun internasional. Insiden kecelakaan pesawat yang terjadi di Korea, Kanada, dan Norwegia mendorong pentingnya keberlanjutan upaya antisipatif di Indonesia. "Kita tahu hampir 10 hari terakhir ini banyak sekali terjadi kecelakaan pesawat terbang, yang bahkan korbannya sangat tinggi seperti yang ada di Korea kemarin," jelas Erick.

Sebagai bagian dari upaya ini, Erick menginstruksikan seluruh maskapai serta pengelola bandara untuk memastikan bahwa semua pesawat memenuhi standar keselamatan yang ketat. Selain itu, kelelahan kru penerbangan juga menjadi sorotan penting dalam evaluasi ini. "Tentu tadi kita 'review' memastikan bagaimana kondisi pesawat-pesawat terbang yang dimiliki masing-masing maskapai ini supaya benar-benar kita jaga, juga tingkat kelelahan kru juga di-review," ungkapnya lebih lanjut.

Tidak berhenti di situ, Erick juga menyampaikan urgensi memberikan peringatan dini terhadap potensi ancaman seperti cuaca buruk dan burung yang dapat mengganggu penerbangan. Beberapa insiden pesawat yang terjadi di dunia adalah akibat dari faktor-faktor extraordinary seperti ini. "Beberapa airport sedang di-review lagi, termasuk tadi ada beberapa mungkin antisipasi karena beberapa kecelakaan juga itu karena extraordinary, ada udara, ada burung yang masuk ke mesin, tadi juga kita sudah sampaikan ke AirNav untuk juga 'early warning'," tegas Erick.

Sebagai langkah tambahan, Erick juga mengevaluasi persiapan terkait lonjakan penumpang selama periode libur Lebaran 2025. Erick meminta agar setiap maskapai dan bandara melakukan pemetaan serta persiapan armada pesawat guna mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pada masa liburan tersebut. "Antisipasi untuk arus mudik Lebaran perlu dipersiapkan jauh-jauh hari agar tidak terjadi masalah," tuturnya.

Erick juga menekankan pentingnya sinkronisasi dan manajemen pemangku kepentingan yang efektif di lingkungan bandara. Hal ini mencakup koordinasi antara AirNav, imigrasi, bea cukai, hingga transportasi kereta bandara dalam rangka menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi para penumpang. "Saya berharap juga nanti bagaimana 'stakeholders management' yang ada di airport baik penerbangan AirNav, imigrasi, bea cukai, kereta bandara, semua, ini mungkin enam bulan ke depan sudah punya roadmap," kata Erick menambahkan.

Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, Erick berharap sinergi antara seluruh pihak akan menciptakan industri penerbangan Indonesia yang lebih aman, efisien, dan terintegrasi, memastikan kenyamanan dan keselamatan bagi seluruh penumpang. Upaya ini sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap industri penerbangan nasional di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

Terkini