Penggunaan Kendaraan Lapis Baja IDF di Tepi Barat: Meningkatnya Eskalasi dan Dampaknya Terhadap Warga Palestina

Selasa, 04 Februari 2025 | 09:55:15 WIB
Penggunaan Kendaraan Lapis Baja IDF di Tepi Barat: Meningkatnya Eskalasi dan Dampaknya Terhadap Warga Palestina

Tanggal 3 Februari 2025 menjadi saksi dari perkembangan terbaru dalam konflik antara Israel dan Palestina. Penggunaan pengangkut personel lapis baja Eitan oleh Brigade Nahal Israel Defence Forces (IDF) di daerah Tubas dan Jenin menunjukkan eskalasi yang signifikan dalam strategi militer Israel. Langkah ini dilaporkan oleh media Israel sebagai penggunaan pertama kendaraan lapis baja sejak Operasi Perisai Pertahanan pada 2002 di Tepi Barat.

Penggunaan peralatan militer ofensif jarang terlihat di wilayah ini, menandakan perubahan pendekatan oleh IDF dalam menghadapi pejuang Palestina. Media Israel mencatat bahwa pesan yang ingin disampaikan Israel adalah bahwa operasi militer ini bukanlah operasi rutin di wilayah Tepi Barat bagian utara. IDF kini menggunakan pengangkut personel lapis baja untuk memastikan pengangkutan pasukan lebih aman di desa dan kamp-kamp pengungsi.

Dalam perkembangan terkait, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sejak awal tahun 2025 hingga saat ini, terdapat 70 warga Palestina yang tewas di Tepi Barat, dengan korban terbanyak berasal dari Provinsi Jenin. Data ini termasuk 10 anak-anak, seorang wanita, dan dua warga lanjut usia. Tanggal 21 Januari, IDF mengumumkan dimulainya operasi militer bernama Operasi Tembok Besi di Jenin, yang menjadi salah satu pemicu utama eskalasi kekerasan ini.

Saksi mata menggambarkan serangan besar yang diluncurkan IDF di Tepi Barat bagian utara pada akhir pekan lalu. Kendaraan militer Israel, termasuk dua buldoser, menyerang kota Tammun di tenggara Tubas serta kamp pengungsi Al-Far’a. Jam malam diberlakukan di kedua area tersebut, dan beberapa keluarga dipaksa meninggalkan rumah mereka oleh tentara Israel yang kemudian mengubah bangunan-bangunan tersebut menjadi pos militer. Serangan ini juga dilaporkan oleh Kantor Berita resmi Palestina, Wafa.

Lebih lanjut, Bulan Sabit Palestina menuduh pasukan Israel menghalangi petugas medis mereka mengevakuasi warga Palestina yang sakit di Kamp Al-Far’a. Serangan ini terjadi beberapa hari setelah 10 warga Palestina tewas akibat serangan udara di Tammun, menambah panjang daftar korban jiwa akibat konflik ini.

Sementara itu, pada tanggal 21 Januari, IDF meluncurkan serangan militer ke Jenin dan kamp pengungsi di kota tersebut, menewaskan sedikitnya 24 warga Palestina. Operasi ini kemudian meluas hingga ke kota Tulkarm, di mana tiga warga Palestina tewas dan memicu kemarahan di kalangan masyarakat internasional dan lokal.

Eskalasi ini terjadi bersamaan dengan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang baru saja diberlakukan di Gaza pada tanggal 19 Januari. Gencatan senjata ini menghentikan perang yang telah berlangsung selama 15 bulan, menewaskan lebih dari 47 ribu orang, dan menghancurkan daerah kantong Gaza. Meskipun demikian, sejak dimulainya konflik di Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 900 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat akibat tindakan militer Israel dan pemukim ilegal.

Di tengah situasi yang memanas, Gerakan Perlawanan Islam Hamas menyerukan persatuan nasional di Tepi Barat untuk menghadapi agresi Israel. Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa perlawanan terhadap penjajah Israel tidak akan berhenti. "Semua upaya penjajah (Zionis Israel) untuk memaksakan rencana pencaplokan dan pemindahan (penduduk di Tepi Barat) akan gagal, dan hanya akan membawa lebih banyak penghinaan dan kekalahan," kata perwakilan Hamas dikutip dari Yamen News Agency.

IDF juga melanjutkan serangannya di Tepi Barat, meledakkan sekitar 20 bangunan di kamp pengungsi Jenin pada tanggal 2 Februari 2025. Penghancuran bangunan dilakukan dengan ledakan-ledakan serentak yang tepat, mengubah bangunan menjadi reruntuhan dan memicu kepanikan di kalangan warga. Kepulan debu dan asap tebal membumbung ke angkasa, menyelimuti wilayah konflik yang terus memanas.

Perkembangan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai prospek kelangsungan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas. Negosiasi mengenai pembebasan sandera yang tersisa dan penarikan pasukan Israel dari Gaza dijadwalkan dimulai pada tanggal 4 Februari 2025.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga direncanakan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk membahas kemungkinan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi sebagai bagian dari kesepakatan pascaperang. Agenda ini diharapkan dapat membuka jalan bagi penyelesaian jangka panjang konflik Israel-Palestina, meskipun situasi di lapangan terus memburuk.

Terkini