Harga batu bara global mengalami penurunan drastis hingga 4% sebagai konsekuensi dari indikasi penurunan permintaan dan meningkatnya perhatian pada energi baru terbarukan. Berdasarkan data dari Refinitiv, harga batu bara kontrak Februari di bursa pada Kamis ditutup di angka US$ 119,1 per ton, turun 2,38% dari penutupan sebelumnya. Harga ini merupakan level terendah dalam lima hari terakhir.
Tren penurunan harga batu bara dalam dua hari terakhir menunjukkan penurunan agregat senilai 4,3%. Penurunan ini terjadi setelah lonjakan harga 8,4% dalam empat hari berturut-turut, mencerminkan volatilitas pasar yang signifikan.
Indikasi Penurunan Permintaan
Penurunan permintaan batu bara sebagian besar disebabkan oleh transisi global menuju energi baru dan terbarukan. Studi terbaru dari think tank Ember memperlihatkan bahwa energi surya telah melampaui batu bara dalam sektor pembangkit listrik Uni Eropa (UE) untuk pertama kalinya pada tahun 2024. Energi surya kini menyumbang 11% dari total listrik UE, sementara batu bara hanya menyumbang 10%.
Angin dan surya terus menjadi pendorong utama perubahan ini, dengan energi angin menyumbang 17% dari total listrik UE, mengalahkan gas yang berada di posisi 16% untuk tahun kedua berturut-turut. Chris Rosslowe, penulis utama laporan Ember, mengatakan, "Bahan bakar fosil kehilangan dominasinya dalam sistem energi Uni Eropa. Angin dan surya mendorong batu bara ke pinggir dan membuat gas mengalami penurunan struktural."
Keuntungan Energi Terbarukan
Menurut analisis Ember, peningkatan produksi dari energi terbarukan telah membantu mengurangi ketergantungan UE terhadap impor bahan bakar fosil, juga melindungi kawasan dari fluktuasi harga energi global. Peningkatan dalam kapasitas energi terbarukan sejak 2019 telah menghemat impor 92 miliar meter kubik gas dan 55 juta ton batu bara, setara dengan penghematan sebesar €59 miliar.
Meski dihadapkan pada tantangan inflasi yang tinggi dan dinamika politik yang cukup menguji akibat pemilu di sejumlah negara anggota, energi terbarukan tetap menunjukkan kemajuan yang signifikan pada tahun 2024. Namun, Ember memperingatkan agar "kemajuan lebih lanjut tidak bisa dianggap remeh," ungkap Rosslowe, menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas energi angin dua kali lipat setiap tahun hingga 2030 dibandingkan tingkat 2024.
Transformasi Energi UE
Energi terbarukan kini berkontribusi sebesar 47% dari total pembangkitan listrik UE, meningkat dari 34% pada 2019 saat Kesepakatan Hijau Eropa diluncurkan. Hal ini menunjukkan penurunan ketergantungan pada batu bara, yang pada 2019 merupakan sumber listrik terbesar ketiga di UE, kini turun ke posisi keenam. Lebih dari separuh negara UE kini bergantung pada batu bara untuk kurang dari 5% listrik mereka atau bahkan telah menghapusnya sepenuhnya.
Pengaruh Global dan Peluang
Meskipun Amerika Serikat, di bawah Presiden Donald Trump, memulai proses keluar dari Perjanjian Paris 2015, UE tetap teguh dalam melanjutkan transisi hijau. Chris Rosslowe menegaskan, "Transisi hijau UE tidak akan melambat akibat apa yang terjadi di AS. Sebaliknya, UE akan semakin percaya diri," seraya menyoroti bagaimana energi surya dan angin dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil yang mahal.
Ketidakberadaan AS dalam kepemimpinan iklim global membuka jalan bagi UE untuk mengambil alih peran utama dan memacu investasi di teknologi bersih di Eropa. Rosslowe menyatakan, "Mundurnya AS dari kepemimpinan iklim menciptakan peluang bagi UE untuk memimpin dan membuka jalan bagi lebih banyak investasi teknologi bersih di Eropa," menambahkan bahwa ini adalah kesempatan bagi UE untuk mengukuhkan posisinya dalam pemanfaatan energi bersih.
Respon Lobi Energi Terbarukan
SolarPower Europe, sebagai lobi energi terbarukan, menyambut baik tonggak sejarah ini. CEO Walburga Hemetsberger menyebut, "Pencapaian ini bukan hanya langkah melawan perubahan iklim, tapi juga fondasi keamanan energi dan daya saing industri Eropa," dalam pernyataannya yang juga menyerukan percepatan dalam pengembangan teknologi penyimpanan energi, elektrifikasi dalam sektor pemanasan, transportasi, dan industri.
Penurunan harga batu bara ini menjadi indikasi jelas dari pergeseran dinamis dalam industri energi global, didorong oleh peningkatan pesat dalam kapasitas dan penggunaan energi terbarukan. Meskipun tantangan tetap ada, tren ini menunjukkan bagaimana transisi ke sumber energi berkelanjutan dapat mengubah lanskap ekonomi dan lingkungan global secara dramatis. Seiring dengan semakin banyak negara yang bergabung dalam transisi energi ini, masa depan energi bersih terlihat semakin cerah, memberikan harapan baru bagi upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.