Hari Pemantauan Air Sedunia 18 September: Sejarah dan Maknanya

Kamis, 18 September 2025 | 08:52:29 WIB
Hari Pemantauan Air Sedunia 18 September: Sejarah dan Maknanya

JAKARTA - Kesadaran akan pentingnya menjaga sumber daya air semakin mendapat perhatian global.

Setiap 18 September, dunia memperingati Hari Pemantauan Air Sedunia sebagai pengingat bahwa air bersih adalah hak setiap manusia sekaligus kebutuhan dasar yang harus dilindungi.

Peringatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan gerakan nyata untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam menjaga kualitas air di lingkungan sekitar mereka. Melalui kegiatan monitoring, warga diajak memahami kondisi sungai, danau, hingga aliran air yang menopang kehidupan sehari-hari.

Air bukan hanya sekadar elemen vital bagi tubuh, tetapi juga bagian dari keseimbangan ekosistem. Ketika air tercemar, dampaknya bukan hanya pada kesehatan manusia, melainkan juga pada keberlangsungan alam secara menyeluruh.

Sejarah Hari Pemantauan Air Sedunia mencatat bahwa peringatan ini lahir dari kepedulian internasional terhadap kualitas air. Pertama kali ditetapkan pada tahun 2003 oleh America's Clean Water Foundation (ACWF), peringatan ini semula jatuh pada 18 Oktober.

Tanggal tersebut bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Air Bersih di Amerika Serikat. Namun, pada tahun 2007, tanggal peringatan dipindahkan ke 18 September dengan tujuan memperluas partisipasi global, terutama menghindari hambatan musim dingin di sejumlah wilayah.

Sejak saat itu, setiap tahunnya, masyarakat di berbagai belahan dunia ikut serta dalam kegiatan monitoring air. Aksi ini menjadi salah satu bentuk partisipasi publik dalam menjaga keberlanjutan sumber daya yang semakin terbatas.

Air digambarkan sebagai pelarut universal. Artinya, ia dapat melarutkan banyak zat dari lingkungan sekitarnya, lalu membawanya ke tempat-tempat yang bersentuhan langsung dengan manusia. Inilah mengapa kualitas air sangat penting untuk diperhatikan setiap waktu.

Kontaminasi air dapat membawa zat berbahaya ke tubuh manusia, termasuk logam berat, bahan kimia, hingga mikroorganisme penyebab penyakit. Jika tidak dipantau, air yang tercemar bisa menimbulkan risiko kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang.

Dari sisi ekologis, pencemaran air juga merusak rantai makanan di perairan. Ikan, tumbuhan air, hingga makhluk hidup lain yang bergantung pada ekosistem sungai dan danau ikut terdampak.

Hari Pemantauan Air Sedunia memiliki tujuan utama untuk mengedukasi masyarakat mengenai cara memantau air di sekitar mereka. Edukasi ini mencakup pemahaman tentang pH air, kadar oksigen, kejernihan, hingga tingkat polusi yang dapat diidentifikasi secara sederhana.

Dengan pengetahuan ini, masyarakat dapat lebih cepat mendeteksi adanya pencemaran sebelum berdampak lebih luas. Hal ini juga menjadi bentuk pencegahan dini yang lebih murah dan efektif dibandingkan penanganan saat masalah sudah parah.

Tidak hanya edukasi, peringatan ini juga menjadi wadah kolaborasi antar negara, lembaga, hingga komunitas lokal dalam melindungi sumber daya air secara bersama.

Sejak 2006, penyelenggaraan Hari Pemantauan Air Sedunia dikelola oleh Water Environment Federation (WEF) dan International Water Association (IWA). Kedua lembaga ini berperan besar dalam memperluas jangkauan peringatan hingga lintas benua.

Program yang digagas tidak hanya berfokus pada edukasi, melainkan juga mendorong aksi nyata melalui partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemantauan air secara langsung.

Dengan demikian, peringatan ini bukan hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif terhadap lingkungan.

Peringatan setiap 18 September juga menegaskan bahwa menjaga kualitas air bukan hanya tugas pemerintah. Masyarakat memiliki peran penting sebagai pengguna utama air, mulai dari rumah tangga hingga kegiatan industri kecil.

Langkah sederhana seperti tidak membuang sampah ke sungai, mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, hingga menanam pohon di sekitar daerah aliran sungai merupakan kontribusi nyata yang bisa dilakukan setiap orang.

Semua tindakan kecil ini, jika dilakukan bersama-sama, mampu memberikan dampak besar bagi kelestarian air di masa depan.

Polusi air masih menjadi masalah serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. Limbah industri, limbah rumah tangga, hingga penggunaan pestisida berlebihan di sektor pertanian masih sering mencemari sungai maupun danau.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kualitas air bersih. Pemerintah, masyarakat, dan swasta harus bekerja sama agar sumber daya air tetap lestari untuk generasi mendatang.

Hari Pemantauan Air Sedunia hadir sebagai momentum tepat untuk melakukan refleksi sekaligus aksi nyata.

Peringatan global ini juga dapat dijadikan kesempatan untuk memperkuat kebijakan lingkungan yang lebih berorientasi pada keberlanjutan. Pengelolaan air yang baik akan berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat, serta menjadi pondasi penting bagi pembangunan yang ramah lingkungan.

Dengan demikian, Hari Pemantauan Air Sedunia tidak hanya mengingatkan, tetapi juga menginspirasi setiap orang agar lebih bijak dalam menggunakan air.

Air adalah sumber kehidupan yang tidak tergantikan. Tanpa air bersih, manusia, hewan, maupun tumbuhan akan kesulitan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, menjaga kualitas air sama artinya dengan menjaga keberlangsungan kehidupan itu sendiri.

Setiap tetes air memiliki makna besar, sehingga tidak boleh disia-siakan. Dengan memperingati Hari Pemantauan Air Sedunia, masyarakat diingatkan untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekaligus masa depan.

Melalui partisipasi aktif dalam pemantauan air, kita bisa menciptakan dunia yang lebih sehat, bersih, dan berkelanjutan.

Terkini