BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem, 8 Wilayah Terancam Hujan Lebat

Selasa, 16 September 2025 | 09:12:41 WIB
BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem, 8 Wilayah Terancam Hujan Lebat

JAKARTA - Memasuki pertengahan September 2025, masyarakat di sejumlah daerah Indonesia diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait hujan lebat yang berpotensi mengguyur delapan wilayah pada 15 hingga 18 September 2025.

Tidak hanya hujan dengan intensitas tinggi, sebagian wilayah juga diperkirakan menghadapi angin kencang yang bisa memicu dampak lanjutan seperti banjir, tanah longsor, hingga gelombang tinggi.

Kompleksitas Dinamika Atmosfer

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang cukup kompleks.

“Dinamika atmosfer saat ini memicu potensi hujan lebat hingga sangat lebat, disertai angin kencang yang perlu diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” kata Dwikorita.

Ia menyebutkan, beberapa faktor turut mendorong terbentuknya potensi hujan lebat. Fase Dipole Mode Index (DMI) negatif (?1,27) serta anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang bernilai negatif memperbesar peluang terbentuknya awan hujan.

Selain itu, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah yang sedang aktif, memperkuat potensi curah hujan tinggi di sejumlah wilayah.

Tidak hanya itu, bibit siklon tropis 93S terpantau di Samudra Hindia barat Bengkulu. Fenomena ini menyebabkan terjadinya konvergensi dan konfluensi angin yang menambah potensi terbentuknya cuaca ekstrem.

Delapan Wilayah Terdampak Hujan Lebat

Berdasarkan analisis BMKG, terdapat delapan wilayah yang berpotensi diguyur hujan lebat selama periode 15 hingga 18 September 2025. Daerah-daerah tersebut meliputi:

Jawa Tengah

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan

Papua Tengah

Papua Pegunungan

Papua Selatan

Masyarakat di delapan wilayah ini diminta untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir, tebing curam, maupun wilayah pesisir.

Angin Kencang Ancam Sejumlah Daerah

Selain hujan deras, BMKG juga memperingatkan adanya potensi angin kencang di beberapa wilayah. Pada periode yang sama, tiga daerah diperkirakan menghadapi risiko ini, yakni:

Kepulauan Riau

Sulawesi Selatan

Maluku

Angin kencang berpotensi menimbulkan kerusakan pada infrastruktur ringan, mengganggu aktivitas pelayaran, hingga memperbesar peluang gelombang tinggi di perairan.

Risiko Bencana Hidrometeorologi

Dengan kombinasi hujan lebat dan angin kencang, potensi bencana hidrometeorologi meningkat. Banjir, tanah longsor, hingga genangan air di daerah perkotaan menjadi ancaman yang perlu diantisipasi.

Dwikorita menegaskan, kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah sangat penting dalam menghadapi kondisi ini. “Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, kita bisa meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.

Imbauan Mitigasi dari BMKG

Untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin terjadi, BMKG mengimbau masyarakat agar mengambil langkah mitigasi sejak dini. Salah satu yang paling sederhana adalah memastikan kebersihan saluran drainase agar air hujan dapat mengalir lancar dan tidak menimbulkan genangan.

Selain itu, masyarakat diingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyumbat aliran air. Langkah kecil ini dapat berkontribusi besar dalam mencegah banjir lokal.

Masyarakat juga diminta aktif memantau informasi cuaca dari kanal resmi BMKG, baik melalui aplikasi, media sosial, maupun siaran televisi. Informasi terbaru ini penting untuk menentukan langkah antisipasi, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana.

Peran Pemerintah Daerah dan Masyarakat

Peringatan dini BMKG tidak hanya ditujukan bagi masyarakat umum, tetapi juga untuk pemerintah daerah. Koordinasi lintas instansi perlu diperkuat agar langkah penanganan bencana lebih cepat dan efektif.

Di sisi lain, masyarakat juga didorong untuk memiliki rencana darurat, seperti menyiapkan jalur evakuasi, perlengkapan darurat, hingga memastikan anggota keluarga mengetahui langkah yang harus dilakukan jika terjadi bencana.

Menghadapi Musim Peralihan

Fenomena cuaca ekstrem ini juga menjadi pengingat bahwa Indonesia saat ini tengah memasuki masa peralihan musim. Pada periode transisi seperti ini, dinamika atmosfer biasanya lebih fluktuatif dan rentan menimbulkan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Masyarakat diharapkan tidak meremehkan peringatan dini BMKG. Walaupun durasi hujan atau angin tampak singkat, intensitas tinggi yang muncul dalam waktu singkat bisa menimbulkan dampak serius, terutama di daerah dengan infrastruktur drainase yang belum memadai.

Kesadaran Kolektif Jadi Kunci

Dengan semakin seringnya peringatan dini cuaca ekstrem dikeluarkan BMKG, kesadaran kolektif menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana. Kombinasi antara informasi yang akurat, langkah mitigasi, serta kesiapsiagaan masyarakat akan menentukan seberapa besar dampak yang bisa ditekan.

Melalui peringatan dini periode 15–18 September 2025, BMKG kembali menegaskan pentingnya kewaspadaan. Delapan wilayah besar Indonesia akan menghadapi hujan lebat, disertai potensi angin kencang di beberapa daerah lainnya.

Kesiapan masyarakat untuk menghadapi kondisi ini akan sangat menentukan. Jika langkah mitigasi dilakukan dengan baik, risiko banjir, longsor, hingga kerugian material bisa ditekan seminimal mungkin.

Terkini

PLN Tawarkan Diskon 50 Persen untuk Tambah Daya Listrik

Selasa, 16 September 2025 | 13:13:56 WIB

PHE Perkuat Peran Strategis untuk Ketahanan Energi Nasional

Selasa, 16 September 2025 | 13:13:55 WIB

Produksi Kopi Kuningan Naik, Arabika dan Robusta Laris Manis

Selasa, 16 September 2025 | 13:13:53 WIB