PLN Dorong Energi Hijau Lewat Proyek Panas Bumi di Bengkulu

Senin, 01 September 2025 | 07:19:14 WIB
PLN Dorong Energi Hijau Lewat Proyek Panas Bumi di Bengkulu

JAKARTA - Upaya pemerintah untuk memperluas porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran nasional mulai mendapat pijakan nyata di daerah. Salah satu langkah strategis datang dari PT PLN (Persero) yang kini mempercepat pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Provinsi Bengkulu. Langkah ini bukan hanya menjawab kebutuhan energi bersih, tetapi juga menjadi bagian dari target ambisius pemerintah meningkatkan kapasitas EBT hingga 5,2 gigawatt (GW) sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.

Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Suroso Isnandar, menegaskan bahwa PLN telah menyiapkan sejumlah proyek strategis berbasis panas bumi. Bengkulu menjadi salah satu fokus utama dengan dua proyek besar yang direncanakan dapat memberi kontribusi signifikan pada sistem kelistrikan Sumatera.

Dua Proyek Andalan di Bengkulu

Proyek pertama adalah PLTP Kepahiang dengan kapasitas 110 megawatt (MW). Pembangkit ini berlokasi di Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong. Menurut Suroso, saat ini prosesnya sudah berada di tahap finalisasi pemilihan mitra strategis. Nantinya, listrik yang dihasilkan akan disalurkan ke Gardu Induk (GI) Pekalongan di Kabupaten Kepahiang sebagai pusat distribusi.

Proyek kedua adalah PLTP Hululais, juga berkapasitas 110 MW, yang terletak di Kabupaten Lebong. Pembangkit ini ditargetkan sudah dapat beroperasi secara komersial pada tahun 2028. Hululais akan memanfaatkan sumber panas bumi dari Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Sama seperti Kepahiang, aliran listrik dari Hululais juga akan terhubung ke GI Pekalongan.

Kehadiran dua proyek ini dipandang strategis karena mampu memperkuat jaringan listrik di Sumatera bagian selatan, sekaligus menambah kapasitas pasokan listrik berbasis energi ramah lingkungan.

Penopang Transisi Energi Nasional

Dalam penjelasannya, Suroso Isnandar menegaskan bahwa pengembangan PLTP tidak sekadar berorientasi pada penyediaan listrik. Lebih dari itu, proyek-proyek panas bumi merupakan wujud komitmen PLN dalam mendukung ketahanan energi nasional serta mempercepat transisi menuju energi hijau.

"Pengembangan PLTP ini bukan hanya mendukung ketahanan energi nasional dan transisi ke energi hijau, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui penyerapan tenaga kerja dan keterlibatan pelaku usaha di daerah," ujarnya.

Pernyataan ini sejalan dengan agenda pemerintah yang tengah gencar memperluas investasi di sektor EBT, baik dari panas bumi, tenaga surya, hingga tenaga air. Dengan target 5,2 GW dalam RUPTL 2025–2034, proyek-proyek seperti PLTP Bengkulu diharapkan menjadi motor penting bagi pencapaian visi tersebut.

Dampak Ekonomi untuk Daerah

Selain aspek energi bersih, proyek ini juga diyakini mampu memberi dampak ekonomi yang nyata. Pembangunan PLTP akan membuka lapangan kerja, baik di tahap konstruksi maupun saat operasional nantinya. Tidak hanya tenaga kerja terampil, pelaku usaha lokal di sekitar lokasi proyek pun berkesempatan terlibat melalui penyediaan barang dan jasa penunjang.

Dengan demikian, Bengkulu tidak hanya menjadi wilayah penghasil listrik, tetapi juga mendapat manfaat dari perputaran ekonomi yang lebih dinamis. Hal ini diharapkan mendorong pertumbuhan daerah, mengurangi ketimpangan, serta mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Panas Bumi sebagai Sumber Energi Masa Depan

Indonesia dikenal memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Potensi ini menjadikan pengembangan PLTP sebagai salah satu kunci dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Bengkulu, dengan kondisi geologis yang mendukung, menjadi bagian dari peta besar pengembangan energi panas bumi nasional.

PLTP Kepahiang dan Hululais hanyalah sebagian dari rangkaian proyek yang sedang disiapkan PLN di berbagai daerah. Jika seluruh proyek ini berjalan sesuai rencana, Indonesia berpeluang besar memperkuat posisinya sebagai negara dengan pemanfaatan panas bumi terbesar di dunia.

Harapan ke Depan

Melihat arah kebijakan energi nasional, kehadiran proyek PLTP Bengkulu patut disambut positif. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan mencapai 23 persen pada 2025. Walaupun target itu masih menjadi tantangan besar, proyek seperti di Kepahiang dan Hululais memberi sinyal bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat.

Bagi masyarakat Bengkulu, manfaatnya pun akan terasa ganda: listrik yang lebih andal dan peluang ekonomi yang lebih luas. Jika kedua proyek ini berjalan lancar, Bengkulu bisa menjadi contoh nyata bagaimana energi terbarukan dapat membawa manfaat berlapis, baik dari sisi ketahanan energi, lingkungan, maupun pembangunan ekonomi lokal.

Keputusan PLN untuk mengembangkan PLTP di Bengkulu menunjukkan keseriusan perusahaan listrik negara dalam mengawal transisi energi. Dengan kapasitas masing-masing 110 MW, PLTP Kepahiang dan Hululais akan menjadi aset penting bukan hanya bagi Bengkulu, tetapi juga bagi sistem energi nasional.

Sebagaimana ditegaskan Suroso Isnandar, proyek panas bumi ini akan menghadirkan manfaat luas: mulai dari mendukung ketahanan energi, mempercepat transisi ke energi hijau, hingga menggerakkan roda perekonomian daerah. Bengkulu kini bersiap menjadi salah satu pusat energi terbarukan di Indonesia, selangkah lebih dekat menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Terkini