JAKARTA - Wilayah timur Indonesia menyimpan potensi besar dalam pengembangan energi panas bumi sebagai sumber energi terbarukan yang andal dan menguntungkan. Khususnya di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), energi panas bumi dianggap sebagai pilihan paling tepat dibandingkan dengan energi terbarukan lain seperti angin dan matahari yang sifatnya kurang stabil.
Pengamat energi, Komaidi Notonegoro, menegaskan bahwa keberlanjutan pasokan listrik menjadi faktor utama dalam memilih sumber energi yang akan dikembangkan. “Kalau di daerah Poco Leok, panas bumi itu salah satu potensi yang besar. Energi angin dan matahari memang ada, tapi tidak stabil. Panas bumi bisa produksi listrik 24 jam,” jelas Komaidi.
Ketersediaan listrik yang stabil dari sumber panas bumi sangat krusial untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional yang ditetapkan sebesar 8 persen. Dengan energi yang hanya tersedia saat siang hari seperti energi surya, aktivitas ekonomi pada malam hari berisiko terhambat akibat ketiadaan listrik.
- Baca Juga Membangun Energi Mandiri untuk Indonesia
Selain aspek teknis, energi panas bumi juga memberikan dampak ekonomi yang luas. Komaidi menuturkan bahwa geothermal merupakan satu-satunya sumber energi baru terbarukan yang sudah menyumbangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Manfaat ini tidak hanya dinikmati oleh pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah penghasil energi panas bumi.
Lebih jauh, kehadiran pembangkit listrik panas bumi membawa dampak positif bagi masyarakat setempat. Lapangan pekerjaan baru terbuka, akses listrik meningkat, dan kegiatan ekonomi masyarakat lokal terdorong. “Pembangkit panas bumi mampu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal. Mereka tidak hanya mendapatkan kesempatan kerja, tetapi juga pelatihan dan pembinaan untuk membangun usaha mandiri. Ini sudah terlihat hasilnya di beberapa wilayah, seperti Kamojang di Jawa Barat,” ungkap Komaidi.
Menurut Komaidi, keberhasilan proyek energi panas bumi sangat tergantung pada pelibatan masyarakat sejak tahap awal pembangunan. Proyek harus selaras dengan upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar lokasi. Idealnya, masyarakat di daerah penghasil energi menjadi yang pertama merasakan manfaat nyata dari pembangunan infrastruktur energi.
“Pada intinya, produksi energi harus selaras dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar. Idealnya, daerah penghasil juga menjadi daerah yang pertama merasakan manfaat langsung dari kehadiran infrastruktur energi,” tutupnya.