Proyek Tol Semarang Demak Gunakan Matras Bambu 13 Lapis, Selesai 2027

Sabtu, 09 Agustus 2025 | 07:01:33 WIB
Proyek Tol Semarang Demak Gunakan Matras Bambu 13 Lapis, Selesai 2027

JAKARTA - Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia kembali mencatat terobosan unik. Di Jawa Tengah, proyek Tol Semarang–Demak yang membentang di atas laut tak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga membawa inovasi teknologi konstruksi yang jarang ditemui: penggunaan matras bambu setebal 13 lapis sebagai bagian dari struktur timbunan.

Teknologi ini menjadi perhatian publik karena dinilai tidak lazim digunakan pada proyek tol skala besar. Meski begitu, pendekatan ini bukan tanpa alasan—matras bambu diyakini mampu menjadi solusi efektif untuk kondisi tanah lunak di kawasan pesisir, sekaligus mendukung upaya pengendalian banjir rob di wilayah Pantura.

Pembangunan di Atas Laut dengan Material Ramah Lingkungan

Mengutip keterangan resmi dari laman binamarga.pu.go.id dan kanal YouTube Kementerian PUPR, pembangunan tol ini memanfaatkan teknologi timbunan di atas laut dengan lapisan bambu yang disusun sebanyak 13 lapis. Selain itu, proyek ini juga menerapkan metode perbaikan tanah lunak menggunakan Prefabricated Vertical Drain (PVD).

Langkah ini membuat Tol Semarang–Demak berbeda dibandingkan jalan tol lainnya di Indonesia. Tidak hanya aspek desainnya yang melewati perairan, tetapi juga cara penanganan struktur tanahnya yang memanfaatkan material alami yang telah melalui pengujian kualitas.

Panjang dan Progres Pembangunan

Tol Semarang–Demak memiliki panjang 10,64 kilometer untuk seksi 1 Kaligawe–Sayung, yang dibangun di atas laut. Saat ini, progres pengerjaannya telah mencapai 30,59 persen.

Seksi 1 sendiri dibagi menjadi tiga paket pekerjaan:

-Paket 1A dengan progres 47,15 persen,

-Paket 1B dengan progres 28,7 persen,

-Paket 1C dengan progres 20,83 persen.

Pada paket 1C, konstruksi juga dilengkapi dengan dua kolam retensi. Kolam-kolam ini berfungsi mengalirkan air laut melalui Sungai Babon, menjadi bagian penting dalam sistem pengendalian banjir rob.

Terintegrasi dengan Tanggul Laut

Salah satu nilai tambah dari Tol Semarang–Demak adalah integrasinya dengan tanggul laut. Kombinasi jalan tol dan tanggul ini diharapkan mampu melindungi kawasan pesisir dari ancaman banjir rob yang selama bertahun-tahun menjadi masalah rutin bagi masyarakat dan aktivitas ekonomi di Pantura.

Proyek ini dijadwalkan selesai pada April 2027. Begitu rampung, jalur ini akan memperlancar arus logistik dan mobilitas masyarakat dari dan menuju kawasan industri di sekitar Semarang dan Demak, sekaligus memberi perlindungan terhadap wilayah pesisir.

Seksi 2 Sudah Beroperasi

Selain seksi 1 yang masih dalam proses pembangunan, Seksi 2 Sayung–Demak dengan panjang 16,31 kilometer yang berada di daratan telah beroperasi sejak Februari 2023. Kehadiran seksi 2 sudah membantu mempercepat perjalanan dan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalur Pantura.

Jika kedua seksi ini terhubung sepenuhnya, Tol Semarang–Demak akan memberikan jalur alternatif yang lebih aman dan efisien, sekaligus meminimalkan risiko terganggunya transportasi akibat banjir.

Material Bambu yang Sudah Teruji

Meski terdengar sederhana, penggunaan bambu pada proyek skala besar seperti ini memerlukan standar kualitas tinggi. Dirjen Bina Marga, Rachman Arief Dienaputra, menegaskan bahwa bambu yang digunakan telah melalui dua jenis pengujian, yaitu uji tarik dan uji lentur.

“Kita sudah lakukan 2 jenis uji, pertama adalah uji tarik kedua uji lentur untuk menjamin kehandalan bambu yang akan digunakan,” jelas Rachman.

Pengujian tersebut memastikan bambu memiliki kekuatan dan elastisitas yang memadai untuk menopang beban timbunan di atas tanah lunak. Pemilihan bambu juga mencerminkan pendekatan yang lebih ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya lokal.

Manfaat Ganda: Transportasi dan Perlindungan Pesisir

Tol Semarang–Demak tidak hanya dirancang sebagai infrastruktur transportasi, tetapi juga sebagai solusi pengendalian banjir. Integrasi dengan tanggul laut memungkinkan proyek ini memiliki fungsi ganda—memperlancar distribusi barang dan jasa sekaligus melindungi kawasan permukiman dan industri dari genangan.

Bagi masyarakat pesisir Semarang dan Demak, keberadaan tanggul laut ini diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat banjir rob yang selama ini mengganggu aktivitas ekonomi, menghambat transportasi, dan merusak infrastruktur.

Teknologi PVD untuk Perbaikan Tanah Lunak

Selain matras bambu, teknologi Prefabricated Vertical Drain (PVD) juga diaplikasikan untuk mempercepat proses konsolidasi tanah lunak. Metode ini membantu mengurangi kadar air dalam tanah, sehingga memperkuat struktur dan mengurangi risiko penurunan permukaan jalan di kemudian hari.

Penggunaan kombinasi teknologi ini menunjukkan bahwa pembangunan tol tidak hanya mengandalkan material modern, tetapi juga memadukan kearifan lokal dengan rekayasa teknik mutakhir.

Target Penyelesaian dan Harapan ke Depan

Dengan target penyelesaian pada April 2027, pemerintah optimistis proyek ini dapat rampung sesuai jadwal. Keberhasilan penyelesaian Seksi 2 menjadi bukti bahwa tol ini mampu memberikan manfaat langsung bagi mobilitas dan perekonomian, bahkan sebelum keseluruhan jalur selesai.

Begitu seluruh seksi tersambung, Tol Semarang–Demak diperkirakan menjadi jalur strategis yang menghubungkan sentra-sentra industri, pelabuhan, dan kawasan pertanian di Jawa Tengah. Hal ini akan memperkuat daya saing wilayah dalam perdagangan domestik maupun internasional.

Proyek Unik yang Menjadi Percontohan

Keunikan proyek ini, terutama penggunaan matras bambu 13 lapis, berpotensi menjadi percontohan bagi proyek-proyek serupa di daerah lain yang memiliki kondisi tanah lunak dan rawan banjir. Dengan kombinasi teknologi modern dan material alami, pemerintah berharap bisa mendapatkan solusi infrastruktur yang kuat, efisien, dan berkelanjutan.

Bagi masyarakat, proyek ini diharapkan tidak hanya memberikan akses jalan bebas hambatan, tetapi juga memberikan rasa aman dari ancaman banjir rob yang telah lama menjadi momok. Dengan dukungan teknologi, inovasi, dan komitmen penyelesaian tepat waktu, Tol Semarang–Demak menjadi simbol bahwa pembangunan infrastruktur bisa berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan.

Terkini