Megaproyek Gas Blok Masela Masuki Tahap FEED

Jumat, 08 Agustus 2025 | 08:32:54 WIB
Megaproyek Gas Blok Masela Masuki Tahap FEED

JAKARTA - Upaya Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan mewujudkan transisi menuju energi bersih kembali mendapat angin segar. Proyek raksasa pengembangan gas alam di Blok Masela yang dikelola oleh Inpex Corporation asal Jepang kini telah memasuki tahap Front End Engineering and Design (FEED). Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan proyek ini dapat mulai beroperasi paling lambat pada 2029.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyampaikan bahwa pelaksanaan FEED untuk Lapangan Abadi, Blok Masela, resmi dimulai pada Senin, 4 Agustus 2025. Setelah tahapan ini, fokus selanjutnya adalah mempercepat proses perizinan yang diperlukan.

"Ada beberapa perizinan seperti Amdal, tadi rapat, kita mau percepat pelepasan kawasan hutan. Kan pemerintah urusannya perizinan, ya udah itu mau kita selesaikan. 2029 sih berharap paling telat harus onstream (beroperasi)," kata Djoko.

Inpex menyebutkan bahwa tahap FEED mencakup tinjauan dan penetapan spesifikasi fasilitas untuk memproduksi dan memproses hidrokarbon dari Lapangan Gas Abadi, serta pembangunan fasilitas kilang LNG darat (Onshore LNG/OLNG).

"Pekerjaan FEED terdiri dari empat paket, yaitu: OLNG; Floating Production, Storage and Offloading (FPSO); Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF); dan Gas Export Pipeline (GEP)," tulis Inpex dalam pernyataan resminya pada hari yang sama.

Menariknya, seluruh paket ini juga mencakup teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS). Inpex pun telah mengontrak beberapa paket proyek seperti FPSO, SURF, dan GEP.

Untuk paket FPSO, Inpex menerapkan pendekatan dual FEED yang melibatkan dua tim kontraktor secara paralel. Kontraktor dengan performa teknis dan efisiensi biaya terbaik akan dipilih untuk lanjut ke tahap konstruksi. Pendekatan serupa juga digunakan dalam pembangunan fasilitas LNG di darat.

Blok Masela diharapkan bisa menghasilkan LNG hingga 9,5 juta ton per tahun (mtpa), serta menjadi sumber energi rendah karbon yang stabil dalam jangka panjang. Proyek ini juga ditargetkan berkontribusi pada ketahanan energi nasional dan regional, termasuk Jepang dan negara-negara Asia lainnya.

"Selain itu, proyek ini juga akan berkontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia dan mendukung target net-zero emisi karbon Indonesia di tahun 2060," tulis Inpex.

Perjalanan Panjang Blok Masela

Blok Masela adalah salah satu aset gas terbesar di Indonesia. Inpex Masela Ltd menguasai 65% hak partisipasi (Participating Interest/PI) dalam blok ini. Awalnya, mereka bermitra dengan Shell Upstream Overseas Services yang memiliki 35% saham. Namun, Shell memutuskan keluar dari proyek ini.

Pada Juli 2023, hak partisipasi Shell kemudian diambil alih oleh dua perusahaan energi besar: PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PHE Masela (20%) dan Petronas (15%). Perjanjian akuisisi tersebut diteken pada 25 Juli 2023 dan disahkan oleh Menteri ESDM pada 4 Oktober 2023.

Lapangan Abadi sendiri terletak sekitar 160 kilometer dari Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut antara 400–800 meter. Potensi gas dari lapangan ini diperkirakan mencapai 6,97 triliun kaki kubik (TCF), menjadikannya salah satu ladang gas laut dalam terbesar di Indonesia.

Inpex menandatangani kontrak bagi hasil pertama pada 1998 dan menemukan cadangan gas di lokasi ini pada tahun 2000. Namun, baru pada 2019 pemerintah memberikan persetujuan untuk Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) pertama.

Dalam PoD-I tersebut, ditargetkan produksi LNG sebesar 9,5 juta ton per tahun, gas pipa sebesar 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), dan 35.000 barel per hari (bph) kondensat.

Proyek Kompleks dan Penyerapan Tenaga Kerja

Pengembangan Lapangan Abadi dinilai sangat kompleks karena melibatkan pengelolaan lapangan migas laut dalam (green field), pengeboran di perairan dalam (deep water), instalasi subsea, FPSO, dan pembangunan kilang LNG di darat. Kendati demikian, tantangan ini dianggap sebagai peluang strategis bagi Pertamina Hulu Energi dan mitranya.

Selain nilai keekonomian yang tinggi, proyek ini juga diperkirakan akan menyerap hingga 10.000 tenaga kerja, memberikan multiplier effect bagi masyarakat sekitar, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah timur Indonesia.

Blok Masela juga dirancang sebagai proyek energi bersih yang ramah lingkungan. Penerapan teknologi CCS telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia pada 28 November 2023 melalui Revisi 2 dari PoD-I. Langkah ini sejalan dengan ambisi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Usai disetujuinya Revisi 2 PoD-I, tender untuk pelaksanaan FEED pun digelar, dan pada 9 April 2025, secara resmi Inpex meluncurkan FEED untuk pembangunan OLNG. Pelaksanaan tahap FEED kemudian dimulai pada 4 Agustus 2025.

Kronologi Penting Proyek Blok Masela:

-1998: Penandatanganan kontrak bagi hasil (PSC) oleh Inpex

-2000: Penemuan cadangan gas raksasa di Blok Masela

-2019: Persetujuan PoD-I untuk produksi LNG 9,5 juta ton/tahun, 150 MMSCFD gas, dan 35.000 bph kondensat

-2023: Shell keluar, Pertamina dan Petronas ambil alih PI masing-masing 20% dan 15%; Revisi 2 PoD-I disetujui (dengan CCS)

-2025 (April): FEED OLNG resmi diluncurkan

-2025 (4 Agustus): Pelaksanaan FEED dimulai

Dengan dukungan pemerintah, teknologi terkini, serta kolaborasi antara pelaku industri energi nasional dan internasional, megaproyek Blok Masela diharapkan menjadi tonggak penting transformasi sektor energi di Indonesia—menuju sistem energi yang mandiri, bersih, dan berkelanjutan.

Terkini

BRI Taipei Resmi Beroperasi dengan Izin Penuh

Jumat, 08 Agustus 2025 | 12:43:20 WIB

BSI Dukung Rencana Penjaminan Simpanan Emas

Jumat, 08 Agustus 2025 | 12:48:48 WIB

Pinjam Rp100 Juta Lewat KUR BCA 2025, Begini Caranya

Jumat, 08 Agustus 2025 | 12:51:57 WIB

BNI Mudahkan Nasabah Aktifkan Rekening Dormant

Jumat, 08 Agustus 2025 | 12:57:39 WIB