Penerbangan di Bandara Komodo Terganggu Erupsi Lewotobi

Senin, 04 Agustus 2025 | 11:11:33 WIB
Penerbangan di Bandara Komodo Terganggu Erupsi Lewotobi

JAKARTA - Gangguan penerbangan kembali terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur, kali ini akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Sebanyak 28 penerbangan dibatalkan di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, pada Sabtu, 2 Agustus 2025, yang menyebabkan ribuan calon penumpang gagal berangkat maupun tiba di destinasi.

Pihak bandara menyebut pembatalan ini merupakan dampak tidak langsung dari letusan gunung yang terjadi sejak Jumat malam. Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur telah memicu kekhawatiran maskapai penerbangan meskipun secara teknis bandara masih dalam kondisi aman.

Menurut Humas Bandara Internasional Komodo, Marwa, seluruh pembatalan tersebut merupakan akumulasi dari penerbangan kedatangan dan keberangkatan yang dibatalkan oleh pihak maskapai. Total, ada 3.263 penumpang yang terdampak.

"Total keseluruhan cancel 3.263 penumpang," jelas Marwa dalam keterangan tertulis yang diterima pada Minggu malam. Ia memerinci, jumlah penumpang datang yang batal terbang sebanyak 1.636 orang, sementara jumlah penumpang berangkat yang terdampak mencapai 1.627 orang.

Maskapai Ambil Keputusan Mandiri

Meskipun ada dampak dari erupsi, pengelola Bandara Komodo menegaskan bahwa keputusan pembatalan bukan berasal dari otoritas bandara, melainkan merupakan langkah independen dari masing-masing maskapai penerbangan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keselamatan penumpang serta kru pesawat.

"Bandara masih beroperasi normal," ujar Marwa. Ia menambahkan bahwa berdasarkan pemeriksaan terakhir, abu vulkanik dari erupsi belum mencapai area bandara, sehingga kegiatan di landasan masih dapat berlangsung. Namun, potensi risiko tetap menjadi perhatian utama pihak maskapai, terutama menyangkut keselamatan dalam ruang udara.

Erupsi Dua Kali dalam Sehari

Letusan besar yang terjadi di Gunung Lewotobi Laki-laki tercatat dua kali dalam kurun waktu kurang dari lima jam. Erupsi pertama terjadi pada Jumat (1/8/2025) pukul 20.48 Wita, dan disusul letusan kedua pada Sabtu (2/8/2025) pukul 01.05 Wita. Kedua erupsi itu mengeluarkan gemuruh keras dan abu vulkanik yang terpantau menjulang ribuan meter dari puncak kawah.

Menurut laporan Badan Geologi, sebaran material letusan bergerak ke berbagai arah dengan jangkauan hingga 3–4 kilometer dari kawah. Fenomena ini menimbulkan potensi bahaya tidak hanya bagi wilayah sekitar, tetapi juga bagi aktivitas penerbangan yang melintasi ruang udara Flores.

“Letusan ini dipicu oleh akumulasi gas yang terperangkap selama dua minggu terakhir,” jelas Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam keterangannya pada Sabtu. Ia menegaskan bahwa pemantauan terhadap aktivitas Gunung Lewotobi akan terus ditingkatkan untuk mengantisipasi letusan susulan.

Imbauan untuk Wisatawan dan Warga

Sebagai destinasi wisata unggulan, Labuan Bajo selama ini menjadi salah satu titik transit penting bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menikmati keindahan kawasan Taman Nasional Komodo. Namun, dalam kondisi darurat seperti ini, wisatawan diimbau untuk tetap tenang dan memantau informasi dari sumber resmi.

Pemerintah daerah bersama instansi terkait juga meminta wisatawan maupun warga untuk menghindari lokasi-lokasi yang berpotensi terkena dampak abu vulkanik. Sementara itu, otoritas bandara dan maskapai penerbangan diimbau untuk mengutamakan keselamatan dan komunikasi aktif dengan para penumpang.

Hingga saat ini, belum ada laporan korban jiwa akibat erupsi, namun pihak Badan Geologi dan PVMBG telah meningkatkan status kewaspadaan. Beberapa wilayah di sekitar gunung juga mulai menerima hujan abu, meski dalam intensitas ringan.

Tiga Bandara Terpengaruh Aktivitas Lewotobi

Selain Bandara Komodo, erupsi Gunung Lewotobi juga berdampak terhadap dua bandara lain di kawasan Nusa Tenggara Timur, yang turut meningkatkan kewaspadaan terhadap pergerakan abu vulkanik. Langkah mitigasi diambil dengan melakukan evaluasi intensif terhadap arah angin dan potensi paparan abu di ruang udara.

Bandara yang masuk dalam zona pengawasan ketat tersebut antara lain Bandara Frans Seda Maumere dan Bandara Gewayantana Larantuka, meskipun tidak semua penerbangan langsung terdampak pembatalan.

Pengelola bandara dan maskapai bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan pembaruan data cuaca dan sebaran abu secara berkala. Hal ini penting untuk menentukan kelayakan operasional penerbangan pada hari-hari berikutnya.

Ketidakpastian Jadwal, Penumpang Diminta Aktif

Para penumpang yang terdampak pembatalan penerbangan diminta untuk segera menghubungi pihak maskapai untuk mendapatkan informasi terkini mengenai pengembalian dana (refund), reschedule penerbangan, atau akomodasi alternatif. Dalam situasi bencana alam seperti ini, jadwal penerbangan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada perkembangan kondisi lapangan.

Bandara Komodo juga membuka layanan informasi dan pengaduan, guna membantu penumpang dalam proses penanganan gangguan perjalanan mereka. Pihak bandara menjamin akan terus memberikan pembaruan terkait status operasional dan keputusan dari maskapai secara transparan.

Antisipasi Lanjutan dan Pemantauan Ketat

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki menunjukkan bahwa potensi bencana geologi masih menjadi tantangan besar di wilayah kepulauan seperti NTT. Dengan kondisi geografis yang kompleks, penanganan dampak terhadap aktivitas penerbangan harus dilakukan secara sigap dan terkoordinasi.

Pemerintah pusat, melalui Badan Geologi, PVMBG, dan instansi kebencanaan lainnya, terus memantau aktivitas gunung dan menyusun rencana evakuasi serta kesiapsiagaan di wilayah-wilayah terdampak.

Sementara itu, pihak Bandara Komodo memastikan bahwa koordinasi dengan maskapai, BMKG, serta regulator penerbangan nasional akan terus diperkuat untuk meminimalisir risiko pada penerbangan yang akan datang.

Terkini