Upaya Serius Kemenkes Tangkal Hepatitis B dari Ibu ke Anak Lewat Skrining Ketat

Rabu, 23 Juli 2025 | 07:52:18 WIB
Upaya Serius Kemenkes Tangkal Hepatitis B dari Ibu ke Anak Lewat Skrining Ketat

JAKARTA - Langkah serius diambil Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak. Deteksi dini dan penanganan secara menyeluruh pada ibu hamil kini menjadi garda terdepan dalam upaya memutus rantai penularan virus yang dapat membahayakan hati tersebut.

Alih-alih menunggu gejala muncul, pemerintah justru memilih pendekatan proaktif: melakukan deteksi pada kelompok yang paling rentan menularkan, yakni ibu hamil. Sejak 2014, Kemenkes mengintensifkan skrining hepatitis B pada kalangan ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang melindungi generasi baru dari infeksi kronis.

Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menjelaskan dalam Temu Media daring bertajuk "Bergerak Bersama Putuskan Penularan Hepatitis" bahwa deteksi dini merupakan kunci penting dalam upaya pencegahan hepatitis bawaan lahir. Ia menekankan pentingnya intervensi segera begitu ibu hamil teridentifikasi sebagai reaktif hepatitis B surface antigen (HBsAg).

“Bayi dari ibu yang reaktif diberikan imunisasi hepatitis B dalam waktu kurang dari 24 jam serta imunoglobulin HBIG,” ujar Ina.

Langkah cepat ini, lanjut Ina, terbukti krusial dalam menekan risiko infeksi jangka panjang yang bisa menimbulkan hepatitis kronis di kemudian hari.

Angka yang Mencerminkan Perjuangan

Data terkini dari tahun 2024 menunjukkan bahwa dari 49.142 ibu hamil yang terdeteksi reaktif HBsAg, lahir 36.285 bayi. Upaya pencegahan pun langsung dijalankan: 93 persen dari bayi tersebut telah menerima vaksin hepatitis B dosis nol (HB0) dan imunoglobulin HBIG dalam kurun waktu kurang dari satu hari setelah lahir.

Capaian tersebut menandai kemajuan signifikan dalam intervensi kesehatan ibu dan anak. Meski belum mencapai 100 persen, tingkat vaksinasi yang tinggi memperlihatkan keseriusan sistem pelayanan kesehatan dalam menangani isu ini secara cepat dan efisien.

Namun, Ina tidak menutup mata terhadap tantangan yang masih harus dihadapi. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi semua pihak, mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, hingga layanan rujukan di rumah sakit dan tenaga kesehatan di lini terdepan seperti bidan desa.

“Kemenkes mendorong kerja sama lintas sektor agar seluruh rumah sakit, puskesmas, hingga bidan desa, mampu menjalankan skrining dan intervensi secara serentak dan terintegrasi,” jelasnya.

Potensi Bahaya Hepatitis yang Tak Terlihat

Salah satu persoalan utama yang membuat hepatitis B berbahaya adalah karena sifatnya yang kerap tidak menunjukkan gejala di tahap awal. Kondisi ini membuat banyak orang tidak menyadari telah membawa virus, termasuk ibu hamil. Akibatnya, tanpa deteksi dini, bayi yang dilahirkan bisa terinfeksi sejak awal kehidupannya.

“Kalau tidak ditangani, bayi yang terinfeksi bisa berkembang menjadi hepatitis kronis yang membahayakan,” kata Ina mengingatkan.

Sebagaimana dipaparkan para ahli, hepatitis B dan C dapat menyebabkan kerusakan hati yang signifikan tanpa gejala yang kentara di awal infeksi. Oleh karena itu, deteksi dan vaksinasi adalah langkah pencegahan paling efektif untuk mencegah komplikasi jangka panjang seperti sirosis atau kanker hati.

Target Eliminasi Penularan Vertikal di 2030

Tak sekadar reaktif, Kemenkes memiliki peta jalan strategis menuju eliminasi penularan vertikal hepatitis B. Target besar pun ditetapkan: seluruh bayi yang lahir dari ibu dengan hasil reaktif hepatitis B wajib menerima paket intervensi lengkap sebelum tahun 2030.

Upaya ini dijalankan dengan memperkuat akses masyarakat terhadap layanan skrining dan vaksinasi. Salah satunya melalui Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang disiapkan untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat, termasuk ibu hamil di daerah terpencil.

Program ini juga sejalan dengan prinsip pencegahan primer yang kini diutamakan dalam sistem kesehatan nasional. Bukan hanya menyembuhkan, tapi mencegah sebelum terlambat menjadi prinsip dasar yang terus digalakkan.

Dukungan Lintas Sektor Sangat Diperlukan

Keberhasilan program ini tidak bisa disandarkan hanya pada upaya pemerintah pusat. Intervensi vertikal hepatitis B dari ibu ke bayi memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan—baik itu di level pelayanan kesehatan, komunitas lokal, maupun edukasi keluarga.

Puskesmas dan rumah sakit diharapkan aktif menjangkau ibu hamil dan memberikan informasi yang memadai terkait pentingnya pemeriksaan HBsAg. Begitu pula peran bidan di lini pertama sangat dibutuhkan, terutama di wilayah dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan.

Kampanye edukasi publik mengenai bahaya hepatitis dan pentingnya vaksinasi sejak dini juga harus terus digalakkan, agar masyarakat menyadari bahwa infeksi ini tidak bisa dianggap sepele.

Harapan Baru untuk Generasi Mendatang

Lewat deteksi ketat, vaksinasi cepat, dan kerja sama semua pihak, harapan untuk generasi bebas hepatitis B menjadi lebih nyata. Apa yang dilakukan Kemenkes saat ini adalah investasi kesehatan jangka panjang, memastikan anak-anak Indonesia bisa tumbuh tanpa ancaman penyakit hati kronis yang mematikan.

Dengan terus menggalakkan skrining ibu hamil dan melengkapi imunisasi bayi secara menyeluruh, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju pengendalian hepatitis B secara nasional.

Terkini