Bank Indonesia Longgarkan Suku Bunga, Disambut Positif Dunia Usaha

Selasa, 22 Juli 2025 | 08:29:11 WIB
Bank Indonesia Longgarkan Suku Bunga, Disambut Positif Dunia Usaha

JAKARTA - Kebijakan moneter terbaru Bank Indonesia (BI) yang kembali menurunkan suku bunga acuan menuai respons positif dari kalangan pelaku usaha. Langkah ini dianggap mampu menciptakan iklim bisnis yang lebih sehat dan memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu perusahaan yang menyambut kebijakan ini dengan optimisme adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk (SIDO).

BI secara resmi mengumumkan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen pada bulan Juli 2025. Ini merupakan penurunan ketiga sepanjang tahun 2025, setelah langkah serupa dilakukan pada Januari dan Mei. Bersamaan dengan itu, BI juga menurunkan suku bunga deposit facility menjadi 4,50 persen dan suku bunga lending facility ke 6,00 persen.

Langkah tersebut dinilai sejalan dengan strategi moneter longgar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mengantisipasi pelemahan global. Di tengah situasi ekonomi yang masih menghadapi tantangan eksternal, BI menilai ruang pelonggaran masih tersedia berkat inflasi yang terkendali serta ekspektasi pertumbuhan domestik yang tetap solid.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan ini juga didasari oleh proyeksi inflasi tahun 2025 dan 2026 yang tetap berada dalam target sasaran, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen. Dengan kestabilan tersebut, BI berkomitmen menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makro.

“Penurunan suku bunga ini juga untuk mendukung transmisi kebijakan moneter ke sektor riil, memperkuat nilai tukar rupiah, serta meningkatkan pembiayaan kepada dunia usaha,” ujar Perry.

Respons Dunia Usaha: Sinyal Positif untuk Pembiayaan dan Daya Beli

Menanggapi kebijakan tersebut, Direktur Utama PT Sidomuncul, David Hidayat, menyampaikan pandangan yang optimistis terhadap dampaknya bagi sektor korporasi secara luas. Ia menilai, penurunan suku bunga membuka peluang lebih besar bagi dunia usaha dalam mengakses pendanaan, baik melalui pinjaman bank maupun instrumen pasar modal.

“Suku bunga yang lebih rendah tentu memberikan biaya dana yang lebih kompetitif. Ini sangat positif, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang tengah melakukan ekspansi atau mencari sumber pembiayaan baru,” kata David.

Namun demikian, David menekankan bahwa Sidomuncul saat ini berada dalam posisi keuangan yang kuat. Perusahaan tidak memiliki utang dan masih sangat mengandalkan kas internal serta arus kas operasional sebagai sumber utama pendanaan.

“Untuk saat ini, kami tidak memiliki kebutuhan pendanaan eksternal. Tapi secara makro, kebijakan ini akan mendukung sektor bisnis dan investasi secara keseluruhan,” tambahnya.

Daya Beli Meningkat, Peluang Penjualan Produk Membaik

Menurut David, salah satu aspek penting dari penurunan suku bunga adalah potensi peningkatan daya beli masyarakat. Dengan inflasi yang tetap rendah dan rupiah yang stabil, tekanan terhadap konsumsi rumah tangga cenderung menurun. Hal ini diharapkan berdampak positif terhadap penjualan produk-produk konsumen, termasuk jamu dan produk kesehatan yang menjadi lini utama Sidomuncul.

“Ketika daya beli masyarakat membaik, tentu ini memberikan dorongan pada penjualan produk kami. Jadi, secara tidak langsung, kebijakan suku bunga ini juga mendukung kinerja kami di sisi permintaan,” tuturnya.

Ia menambahkan, Sidomuncul juga melihat iklim investasi menjadi lebih kondusif. Penurunan suku bunga biasanya diikuti oleh peningkatan aktivitas pasar modal dan minat investor terhadap sektor-sektor defensif seperti produk konsumen dan farmasi.

BI Terus Pantau Ruang Pelonggaran Tambahan

Ke depan, Bank Indonesia menyatakan akan terus mencermati perkembangan ekonomi domestik maupun global sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan moneter selanjutnya. Meskipun tren suku bunga global mulai stabil, BI menegaskan bahwa setiap langkah pelonggaran akan tetap berhati-hati dan terukur.

“BI akan terus menilai ruang pelonggaran lanjutan dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan ekonomi, inflasi, serta kondisi eksternal seperti ketidakpastian global dan arah kebijakan moneter negara maju,” ujar Perry Warjiyo dalam pernyataannya.

Langkah proaktif ini, menurut banyak analis, akan membantu memperkuat pondasi pemulihan ekonomi nasional, terutama jika didukung oleh sektor perbankan yang siap menyalurkan kredit secara produktif.

Penurunan Suku Bunga Diharapkan Dorong Ekspansi UMKM

Selain korporasi besar seperti Sidomuncul, kebijakan ini juga diperkirakan memberi dampak signifikan bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Biaya pinjaman yang lebih rendah memungkinkan pelaku UMKM untuk memperluas usahanya, meningkatkan modal kerja, dan meningkatkan kapasitas produksi. Hal ini tentunya menjadi momentum penting untuk memperkuat basis ekonomi nasional dari bawah.

Meski kondisi likuiditas perbankan nasional saat ini relatif terjaga, transmisi penurunan suku bunga ke sektor riil tetap menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, peran aktif bank dalam menyesuaikan bunga kredit dan mempercepat proses pembiayaan sangat dinanti agar manfaat kebijakan BI bisa dirasakan secara menyeluruh.

Terkini

MIND ID Dukung Transisi Energi Nasional

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:42:32 WIB

Danantara Terima 18 Proyek Hilirisasi Energi

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:52:29 WIB