Ciri-ciri masa pubertas bagi anak laki-laki penting dikenali sebagai bagian dari proses tumbuh kembang menuju masa kedewasaan.
Masa pubertas adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang dialami oleh setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Masa ini terjadi di tengah-tengah fase kehidupan antara anak-anak dan orang dewasa.
Meskipun semua orang pasti mengalaminya, waktu terjadinya masa pubertas bisa berbeda-beda.
- Baca Juga Tablet Samsung Murah Mulai Rp1 Jutaan
Untuk anak perempuan, pubertas umumnya dimulai pada usia 10–17 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki biasanya berlangsung pada usia 11–17 tahun.
Perbedaan waktu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang bisa berasal dari dalam tubuh (internal) maupun dari luar tubuh (eksternal).
Karena laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan secara fisik, maka bentuk perubahan tubuh yang terjadi selama masa pubertas pun akan berbeda antara keduanya.
Lalu, seperti apa sebenarnya ciri-ciri masa pubertas pada anak laki-laki? Selain itu, apa saja faktor yang memengaruhi terjadinya pubertas baik pada anak perempuan maupun laki-laki?
Untuk memahami lebih dalam tentang hal ini, simak penjelasan lengkapnya berikut ini tentang ciri-ciri masa pubertas bagi anak laki-laki.
Memahami Apa Itu Masa Pubertas pada Anak
Istilah "puber" berasal dari kata “pubertas” dalam bahasa Yunani yang memiliki makna ‘lelaki sejati’ dan menunjukkan kedewasaan yang tampak melalui perubahan fisik yang mencerminkan sifat-sifat kelaki-lakian.
Selain itu, istilah ini juga berasal dari kata “pubes” yang memiliki arti ‘rambut di area kemaluan’, yang merupakan salah satu tanda kematangan tubuh secara biologis.
Oleh karena itu, secara etimologis, pubertas diartikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menuju kedewasaan, yang ditandai oleh perkembangan fisik dan biasanya berlangsung dalam rentang usia antara 11 hingga 17 tahun.
Individu yang sedang berada dalam fase ini, baik perempuan maupun laki-laki, umumnya disebut sebagai remaja.
Dalam masa ini, mereka akan mengalami berbagai transformasi yang mencakup aspek biologis, perkembangan daya pikir, serta perubahan dalam aspek sosial dan emosional.
Dari segi fisik, tanda-tanda yang terlihat antara lain adalah peningkatan tinggi dan berat badan, pertumbuhan payudara pada anak perempuan, serta suara yang mulai menjadi lebih berat pada anak laki-laki.
Peningkatan hormon yang terjadi pada fase ini juga memicu mudahnya kenaikan berat badan, yang merupakan hal normal di usia remaja.
Oleh sebab itu, banyak remaja, terutama perempuan, mulai terpengaruh untuk menjalani pola diet, melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan memperhatikan gaya hidup yang lebih sehat.
Fase pubertas juga dikenal dengan istilah masa adolescent, yaitu awal dari tercapainya kematangan seksual serta kemampuan untuk bereproduksi.
Di masa ini, produksi hormon-hormon seperti FSH, LH, testosteron, dan estrogen mengalami peningkatan yang signifikan.
Fakta menariknya, anak perempuan biasanya memasuki fase pubertas lebih awal dibandingkan anak laki-laki, dengan selisih waktu sekitar dua hingga tiga tahun.
Pubertas terdiri dari dua tahap, dimulai dari fase awal dan dilanjutkan ke tahap lanjutan yang disebut adolesensi.
Di tahap lanjutan ini, meskipun kepribadian anak masih terlihat kekanak-kanakan, mereka akan mulai mengalami perkembangan emosi dan kepercayaan diri secara bertahap.
Masa ini sering disebut sebagai periode “Sturm und Drang” yang berarti masa penuh gejolak dan dorongan emosional, sehingga wajar jika remaja pada usia ini kerap menunjukkan ledakan emosi dalam upaya mereka memahami diri sendiri dan menemukan jati dirinya.
Gejala Umum pada Masa Pubertas
Ada berbagai tanda yang biasanya dialami anak-anak saat memasuki fase pubertas. Penting untuk dipahami bahwa gejala-gejala ini merupakan bagian alami dari proses pertumbuhan, yang akan dialami oleh setiap orang di berbagai belahan dunia.
Kecenderungan Meniru Orang Lain
Pada masa ini, baik anak perempuan maupun laki-laki sering menunjukkan sikap meniru, sebagai cara untuk memahami dan membentuk identitas diri mereka.
Hal-hal yang mereka tiru umumnya berkaitan dengan apa yang mereka sukai, seperti gaya berpakaian atau kebiasaan dari tokoh idola.
Namun, dalam proses ini, seringkali mereka belum mampu menyesuaikan dengan norma sosial dan karakter pribadinya, sehingga terkadang tindakannya tampak menyimpang.
Karena itu, dukungan dan pengawasan dari orang tua, keluarga, dan lingkungan sekolah sangat diperlukan.
Mudah Merasa Jenuh
Saat anak-anak mulai memasuki masa remaja, wajar jika mereka mulai kehilangan minat terhadap aktivitas atau permainan yang sebelumnya mereka sukai.
Bahkan, mereka bisa secara terbuka menolak melakukan kegiatan yang dahulu membuat mereka senang.
Suka Menyendiri
Keinginan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar juga merupakan hal yang umum terjadi di fase ini.
Remaja cenderung lebih nyaman berada di ruang pribadi atau tempat tertentu yang bisa memberikan rasa tenang. Oleh karena itu, tak jarang mereka sudah merasa perlu memiliki ruang sendiri di rumah.
Meningkatnya Keinginan untuk Mendapat Perhatian
Pada tahap ini, anak-anak mulai ingin dilihat dan diakui oleh lingkungan sekitarnya. Mereka berusaha menunjukkan eksistensi melalui gaya berpakaian atau perilaku yang menonjol. Terkadang, tindakan yang dilakukan terkesan berlebihan.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan melakukan sesuatu yang negatif demi mendapatkan atensi. Di sinilah pentingnya peran keluarga dan sekolah untuk membimbing serta mengarahkan agar mereka tetap berada dalam jalur yang positif.
Mulai Tertarik dengan Lawan Jenis
Salah satu perubahan yang paling terlihat saat pubertas adalah munculnya ketertarikan terhadap lawan jenis. Anak laki-laki mungkin mulai menggoda teman perempuan, sementara anak perempuan ingin tampil menarik di depan anak laki-laki.
Hal ini merupakan bagian dari perkembangan emosi dan perasaan kasih sayang yang tumbuh secara alami. Meski demikian, pengawasan dari orang dewasa tetap dibutuhkan agar anak-anak tidak melewati batas dalam pergaulannya.
Pemberian pendidikan mengenai seksualitas juga sangat penting agar mereka memahami batasan dan tidak terjerumus pada tindakan yang tidak pantas bersama lawan jenis.
Mulai Mengidolakan Sosok Tertentu
Di usia remaja, anak-anak kerap mencari panutan yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupannya. Sosok idola ini bisa berasal dari kalangan penyanyi, aktor, aktris, hingga bintang K-Pop yang tengah populer secara global.
Karena sedang berada dalam fase pencarian jati diri, tak heran bila banyak remaja menghias kamarnya dengan poster artis, grup band, boyband, girlband, atau selebritas favorit mereka sebagai bentuk kekaguman dan identifikasi diri.
Ledakan Emosi yang Tinggi
Telah dibahas sebelumnya bahwa pada masa ini terjadi peningkatan hormon serotonin dalam tubuh remaja. Kondisi ini menyebabkan emosi mereka menjadi lebih mudah meledak dan sulit dikendalikan.
Meski begitu, lonjakan emosi ini juga dapat menjadi dorongan positif ketika mereka menyalurkannya melalui kegiatan yang mereka minati atau kuasai.
Namun, karena belum stabilnya emosi, pertengkaran kecil dengan teman bisa saja terjadi, terutama saat mereka belum mampu mengontrol perasaan.
Tertarik Mencoba Hal Baru
Ciri lain dari masa remaja adalah rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru. Ketertarikan ini bisa mengarah ke arah positif, seperti menggali bakat atau mengeksplorasi hobi.
Dalam konteks ini, dukungan keluarga sangat membantu mereka berkembang secara sehat.
Akan tetapi, jika rasa penasaran tersebut justru membawa mereka ke hal negatif seperti mencoba minuman keras, narkoba, ganja, atau mengakses konten dewasa, tentu hal ini menjadi perhatian serius.
Sebaiknya orang tua tidak langsung memarahi, namun memberikan pengertian dengan cara yang lembut dan bahasa yang mudah dipahami, agar anak bisa mengerti dampak buruk dari tindakan tersebut.
Ciri-ciri Masa Pubertas bagi Anak Laki-Laki, Apa Saja?
Sebelumnya telah dibahas bahwa masa pubertas, baik pada perempuan maupun laki-laki, akan memunculkan tanda-tanda yang khas pada masing-masing individu.
Tanda-tanda tersebut meliputi perubahan dari segi fisik dan juga berkaitan erat dengan perubahan hormonal dalam tubuh.
Ciri-ciri masa pubertas bagi anak laki-laki, misalnya, mencerminkan proses alami tubuh dalam menyesuaikan diri menuju tahap kedewasaan, sehingga wajar bila setiap remaja mengalami berbagai transformasi selama fase ini berlangsung.
Perubahan Pada Postur Tubuh
Tanda pertama yang terlihat pada laki-laki ketika memasuki tahap peralihan menuju dewasa adalah perubahan pada bentuk tubuh. Bagian tubuh seperti lengan, kaki, serta bahu akan tampak semakin besar dan lebih berotot dibandingkan sebelumnya.
Dalam banyak kasus, anak laki-laki juga mengalami peningkatan berat badan, meskipun hal ini tidak terjadi pada semua individu karena sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua atau keluarganya.
Munculnya Rambut di Area Ketiak dan Organ Reproduksi
Selanjutnya, tanda-tanda perubahan akan terlihat dari tumbuhnya rambut halus di bagian ketiak serta di sekitar alat kelamin, terutama di bagian pangkal penis.
Seiring waktu, rambut tersebut juga dapat tumbuh ke bagian bawah perut, khususnya di antara pusar dan area kemaluan. Pertumbuhan rambut ini menandakan bahwa tubuh mulai mengalami kematangan dari sisi biologis.
Tinggi Badan Bertambah Pesat
Salah satu perubahan fisik yang paling mencolok pada anak laki-laki ketika berada di fase ini adalah pertambahan tinggi badan.
Mereka akan tampak lebih tinggi dari sebelumnya, bahkan dalam rentang waktu satu tahun, tinggi badan mereka bisa bertambah sekitar tujuh hingga delapan sentimeter.
Postur tubuh mereka pun mulai terlihat lebih tegak dan proporsional. Semua ini sangat dipengaruhi oleh faktor genetik serta kecukupan gizi dan nutrisi yang dikonsumsi sehari-hari.
Mengalami Ejakulasi Saat Tidur (Mimpi Basah)
Perubahan selanjutnya yang juga terjadi secara alami adalah keluarnya cairan dari alat kelamin ketika sedang tidur, atau yang dikenal sebagai mimpi basah. Ini merupakan salah satu bentuk ejakulasi yang terjadi tanpa disengaja.
Apabila anak laki-laki mengalaminya pada usia ini, hal tersebut sebaiknya tidak dianggap sebagai sesuatu yang memalukan atau dikomentari dengan nada mengejek.
Memberikan reaksi negatif hanya akan membuat mereka merasa malu dan bersalah, bahkan bisa menganggap dirinya tidak bersih.
Sebaliknya, penting bagi orang tua atau keluarga untuk menjelaskan bahwa kondisi ini adalah bagian dari proses pertumbuhan sistem reproduksi yang wajar dan tidak bisa dihindari.
Tubuh Lebih Sering Berkeringat
Dalam masa ini, remaja laki-laki biasanya lebih aktif bergerak dan hal ini turut memengaruhi sistem tubuhnya. Salah satu akibatnya adalah produksi keringat yang meningkat. Bahkan, aroma tubuh mereka pun menjadi lebih tajam dari biasanya.
Untuk itu, keluarga memiliki peran penting dalam mengajarkan anak cara merawat tubuh, seperti rutin mengganti pakaian setelah beraktivitas dan mulai menggunakan deodoran agar tetap merasa nyaman dan bersih dalam kesehariannya.
Tumbuhnya Kumis dan Rambut di Wajah
Perubahan lainnya adalah tumbuhnya rambut halus pada bagian atas bibir dan dagu yang kemudian berkembang menjadi kumis dan janggut, layaknya pria dewasa. Hal ini merupakan salah satu ciri tubuh yang mulai matang.
Tidak jarang, anak laki-laki pada usia ini akan merasa penasaran dan ingin tahu bagaimana cara mencukur kumis serta janggut mereka dengan baik dan benar sebagai bentuk eksplorasi diri.
Kulit Wajah Mulai Berjerawat
Pada fase ini, perubahan hormonal yang terjadi dalam tubuh memicu peningkatan produksi minyak pada wajah. Akibatnya, pori-pori lebih mudah tersumbat dan muncullah jerawat, terutama di bagian wajah.
Kondisi ini tidak hanya dialami oleh laki-laki, melainkan juga perempuan. Kemunculan jerawat merupakan bagian dari perubahan kulit yang umum terjadi selama masa pertumbuhan ini.
Suara Menjadi Lebih Berat
Suara juga mengalami perubahan selama masa pertumbuhan ini. Anak laki-laki akan mengalami perubahan suara yang secara bertahap menjadi lebih dalam dan berat dibandingkan saat masa anak-anak.
Perubahan ini adalah reaksi alami dari tubuh yang sedang berkembang, dan suara akan terus berubah hingga mereka memasuki usia dewasa.
Lebih Sering Merasa Emosional
Tak hanya perempuan, anak laki-laki juga mengalami perubahan dalam hal emosi ketika berada di masa ini. Mereka menjadi lebih mudah tersinggung, marah, atau kecewa meskipun karena hal-hal kecil.
Dalam beberapa kasus, emosi yang tidak stabil ini dapat memicu pertengkaran atau konflik dengan teman sebaya.
Oleh sebab itu, diperlukan bimbingan dari keluarga maupun lingkungan sekolah untuk membantu mereka mengelola emosi dengan lebih baik.
Penis Mengalami Ereksi Tiba-Tiba
Hal lain yang cukup membuat remaja laki-laki merasa tidak nyaman adalah ketika alat kelamin mereka mengalami ereksi secara mendadak tanpa alasan jelas.
Peristiwa ini bisa terjadi kapan saja, bahkan di tempat umum, dan membuat mereka merasa canggung, bingung, atau khawatir, terutama jika ini terjadi untuk pertama kalinya.
Di sinilah pentingnya peran orang tua dan keluarga untuk memberikan penjelasan bahwa ini adalah sesuatu yang normal dan alami.
Berikan pengertian bahwa seiring bertambahnya usia, mereka akan mulai memahami dan mampu mengendalikan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka, termasuk ereksi yang tidak disengaja tersebut.
Faktor Pengaruh Terjadinya Masa Pubertas pada Anak
Perubahan menuju masa remaja pada anak perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh berbagai hal. Pengaruh tersebut dapat berasal dari faktor bawaan hingga keadaan lingkungan di sekitarnya.
Karena perbedaan kondisi tersebut, maka waktu terjadinya masa transisi ini pada setiap anak bisa saja tidak bersamaan, meskipun berada dalam kelompok usia yang serupa.
Di bawah ini merupakan berbagai unsur yang memengaruhi terjadinya perubahan tersebut pada anak-anak.
1. Unsur Pertumbuhan Tubuh
a) Faktor Dari Dalam
Ini mencakup segala aspek yang berasal dari diri anak itu sendiri, terutama kondisi fisik yang diturunkan dari orang tuanya. Dengan kata lain, unsur ini berkaitan erat dengan keturunan atau genetik.
b) Faktor Dari Luar
Faktor yang berasal dari luar individu, salah satunya adalah aspek kesehatan. Kesehatan serta kecukupan asupan nutrisi sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi keluarga, termasuk lingkungan tempat mereka tumbuh.
2. Unsur Perkembangan Emosi
a) Perubahan Fisik
Transformasi ini ditunjukkan oleh pertumbuhan berbagai bagian tubuh, seperti peningkatan tinggi dan berat badan, munculnya payudara pada anak perempuan, membesarnya ukuran testis pada anak laki-laki, serta perubahan fisik lainnya.
b) Perubahan Pola Hubungan dengan Orang Tua
Setiap keluarga memiliki cara mendidik yang berbeda-beda. Cara orang tua memperlakukan anak dapat berpengaruh terhadap kondisi emosional anak selama menjalani masa peralihan ini.
c) Perubahan Hubungan dengan Teman Sebaya
Remaja di fase ini lebih sering membangun hubungan yang erat dengan teman-teman yang seusia, bahkan membentuk kelompok pertemanan tertentu. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan emosi, termasuk ketertarikan terhadap lawan jenis.
d) Perubahan Cara Memandang Dunia Sekitar
– Salah satu aspek yang memengaruhi adalah ketidakkonsistenan perlakuan dari lingkungan terhadap remaja.
Mereka sering dianggap sudah cukup umur, namun tidak diberikan kebebasan layaknya orang dewasa. Ketidakjelasan ini seringkali menimbulkan rasa kesal atau frustrasi.
Selain itu, perlakuan berbeda terhadap remaja perempuan dan laki-laki juga menjadi sumber konflik emosional.
Misalnya, laki-laki yang bergaul dengan banyak teman lawan jenis dipandang positif, sementara perempuan yang melakukan hal serupa justru dianggap buruk.
Perbedaan pandangan seperti ini bisa membuat remaja merasa tidak dihargai dan menjadi lebih sensitif.
e) Perubahan Relasi dengan Lingkungan Sekolah
Dalam kehidupan remaja, guru memiliki peran penting, terutama dalam menyampaikan hal-hal positif yang akan membentuk karakter mereka.
3. Unsur Hubungan Sosial
a) Pengaruh dari Lingkungan Keluarga
Dalam masa perubahan ini, anak-anak sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, seperti rasa aman, perhatian, penghargaan, kasih sayang, serta ruang untuk mengekspresikan diri secara bebas.
b) Pengaruh dari Lingkungan Sekolah
Teman sebaya dan guru di sekolah menciptakan sebuah lingkungan yang menjadi tempat anak belajar bersosialisasi. Hubungan ini membentuk sistem sosial yang penting bagi tumbuh kembang remaja.
c) Pengaruh dari Lingkungan Sosial
Salah satu tantangan yang dihadapi remaja dalam proses bersosialisasi adalah ketidakadilan dari lingkungan sekitar.
Mereka dianggap sudah dewasa namun tidak diberikan kebebasan layaknya orang dewasa. Perlakuan seperti ini sering memicu rasa tidak puas atau kesal dalam diri remaja.
4. Unsur Pembentukan Nilai, Moral, dan Sikap
Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman remaja terhadap prinsip hidup, norma sosial, dan perilaku yang berlaku di masyarakat. Nilai-nilai ini dibentuk melalui interaksi dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat tempat mereka berada.
Sebagai penutup, memahami ciri-ciri masa pubertas bagi anak laki-laki penting untuk mendampingi proses tumbuh kembang mereka menuju fase kehidupan yang lebih dewasa.