Tips Bekal Sehat Anak ala Dokter

Kamis, 17 Juli 2025 | 07:48:32 WIB
Tips Bekal Sehat Anak ala Dokter

JAKARTA - Memastikan anak makan siang dengan benar bukan cuma tentang perut kenyang, tetapi bagaimana gizi di dalamnya berperan dalam tumbuh kembang optimal. Banyak orang tua masih berfokus pada menu yang praktis, padahal kandungan gizinya jauh lebih penting untuk diperhatikan. Tantangan semakin besar ketika anak cenderung sulit makan. Dalam situasi seperti ini, bekal makan siang yang seimbang menjadi solusi yang bisa diupayakan.

Dokter Nadhira Nuraini Afifa, MPH, memberikan penjelasan mengenai pentingnya mengatur bekal makan siang anak dengan kandungan gizi yang lengkap dan tetap ramah di kantong. Dalam konferensi pers GuardianCares yang digelar Selasa, 15 Juli 2025, ia menyampaikan bahwa menu sederhana pun bisa memenuhi kebutuhan gizi anak jika disusun dengan tepat.

Menurutnya, bekal anak tidak harus rumit. Menu seperti sandwich isi ayam atau nasi dengan telur sudah sangat baik untuk anak usia sekolah yang masih pulang saat jam makan siang. "Kalau anak sekolah yang masih istirahat siang saja, bisa diberi bekal seperti sandwich isi ayam, atau nasi dengan telur. Itu sudah cukup baik," ujar dr. Nadhira.

Lebih lanjut ia menambahkan, pada jam makan siang, anak bisa mendapatkan tambahan asupan bergizi dari susu atau sumber protein hewani lain. Kombinasi ini tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga membantu proses tumbuh kembang secara menyeluruh.

1. Protein Hewani Tak Selalu Mahal

Salah satu kesalahpahaman terbesar dalam pemenuhan gizi anak adalah anggapan bahwa protein hewani harus berasal dari bahan makanan yang mahal seperti salmon atau daging impor. Padahal, menurut dr. Nadhira, ada banyak pilihan protein hewani yang terjangkau dan mudah ditemukan.

"Telur itu satu butir sekitar dua ribu rupiah. Jadi, kalau bisa mengonsumsi telur tiga kali sehari pun sudah sangat baik," ujarnya. Dengan harga yang terjangkau dan nilai gizi yang tinggi, telur bisa menjadi andalan bagi orang tua yang ingin memenuhi kebutuhan protein anak tanpa menguras dompet.

2. Minimnya Edukasi Gizi di Masyarakat

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi anak masih terbilang rendah, terutama di daerah. Fokus yang terlalu besar pada karbohidrat seperti nasi dan mie membuat kebutuhan nutrisi lainnya seringkali terabaikan.

"Di daerah, mindset-nya masih nasi dan mie. Padahal asupan gizi anak harus lebih seimbang, tidak hanya karbohidrat," ujar dr. Nadhira. Ia juga mengkritisi pandangan bahwa anak gemuk otomatis dianggap sehat, padahal masalah gizi di Indonesia terdiri dari dua kutub: kekurangan dan kelebihan gizi.

"Masalah gizi di Indonesia itu dua, gizi buruk dan obesitas. Keduanya sama-sama banyak. Jadi, perlu edukasi bahwa status gizi anak yang baik harus dinilai oleh dokter atau tenaga medis, bukan berdasarkan penampilan fisik saja," tegasnya. Penilaian visual semata tidak cukup untuk menilai kondisi gizi seorang anak.

3. Peran Orang Tua dalam Pola Makan Anak

Apa yang dikonsumsi anak, sangat dipengaruhi oleh apa yang dicontohkan oleh orang tua. Anak belajar melalui pengamatan dan pembiasaan. Oleh karena itu, menciptakan pola makan seimbang dalam keluarga adalah langkah awal untuk membentuk kebiasaan sehat pada anak.

"Orang tuanya juga harus punya kebiasaan makan dengan gizi seimbang. Kalau orang tuanya makan sehat, anak juga akan ikut," jelas dr. Nadhira. Ia menekankan pentingnya memberi contoh, bukan sekadar menyuruh.

Tak hanya pola makan, aktivitas fisik juga harus menjadi bagian dari rutinitas anak. Sesuatu yang sederhana seperti berjalan kaki ke sekolah dapat membantu menjaga kebugaran sekaligus membentuk gaya hidup aktif sejak dini.

Gizi Seimbang untuk Tumbuh Optimal

Dalam menyusun menu bekal makan siang, pastikan kandungannya terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam jumlah yang seimbang. Menurut dr. Nadhira, protein menjadi komponen kunci karena berperan penting dalam pertumbuhan tinggi badan serta pembentukan otot dan tulang.

"Komponen paling penting untuk pertumbuhan anak adalah protein, karena berfungsi dalam menambah tinggi badan, perkembangan otot, dan tulang," paparnya. Di sisi lain, lemak juga tak boleh dihindari, terutama jenis yang mengandung EPA dan DHA, karena keduanya penting bagi perkembangan otak anak.

"Jangan lupakan lemak, terutama jenis EPA dan DHA yang penting untuk otak," tambahnya. Kandungan gizi seperti ini bisa didapatkan dari makanan laut, telur, atau susu fortifikasi.

Edukasi Gizi Sejak Dini

Edukasi tentang pentingnya pola makan sehat dan gaya hidup bersih harus dimulai sejak usia sekolah. Terlalu sering, anak hanya diajarkan soal kebersihan tangan, tetapi belum diperkenalkan bagaimana mengenali makanan bergizi atau pentingnya makan sayur dan buah.

dr. Nadhira menegaskan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat adalah bagian dari investasi jangka panjang yang perlu diajarkan dari kecil. Membangun kesadaran sejak dini akan membantu mencegah berbagai penyakit di masa depan.

Masalah anak susah makan seringkali bukan karena pilihan makanan yang salah, melainkan kurangnya perhatian pada komposisi gizi yang diberikan. Orang tua bisa mulai dari hal sederhana, seperti memasukkan telur atau susu ke dalam bekal harian anak. Tak perlu mahal untuk sehat. Yang dibutuhkan adalah kesadaran, pengetahuan, dan konsistensi dalam membentuk pola makan yang bergizi dan seimbang.

Dengan langkah kecil dan edukasi yang tepat, kita bisa bantu generasi berikutnya tumbuh lebih sehat, aktif, dan kuat.

Terkini

Penyeberangan Tigaras Simanindo Kembali Beroperasi

Kamis, 17 Juli 2025 | 08:54:01 WIB

Manfaat Madu untuk Kecantikan Kulit

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:01:32 WIB

10 Destinasi Wisata Ramah Muslim

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:04:30 WIB