JAKARTA - Reshuffle mendadak kembali terjadi di Perum Bulog setelah Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Pelaksana Tugas baru kurang dari setengah tahun lalu. Langkah ini menyoroti tekanan tinggi untuk mencapai target stabilisasi pangan di tengah tuntutan publik.
Dalam Keputusan Menteri BUMN bertanggal akhir Juni 2025, Dirut Bulog yang baru menjabat sekitar lima bulan dicopot dan digantikan oleh Prihasto Setyanto sebagai Pelaksana Tugas Dirut. Sosok yang sebelumnya menjabat Direktur Pengadaan ini bakal memimpin sementara, menegaskan bahwa sang Dirut lama kini kembali ke tugasnya di TNI.
Manajemen Bulog menyampaikan apresiasi atas komitmen Dirut sebelumnya, yang disebut telah berhasil memperkokoh peran Bulog dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, pergantian kepemimpinan ini dinilai sebagai respon cepat untuk menjaga performa dan akuntabilitas.
Pelaksana Tugas Dirut yang baru dipandang sebagai figur yang cukup familiar dengan mekanisme operasi internal. Langkah cepat ini bertujuan untuk memastikan kesinambungan program penyerapan gabah dan stabilisasi harga tetap berjalan tanpa hambatan. Meski belum ada pernyataan resmi dari Prihasto soal arah kebijakan jangka pendeknya, keputusan reshuffle ini diyakini menegaskan bahwa pencapaian target kinerja harus terus terjaga.
Meski terjadi pergeseran pucuk pimpinan, lembaga menegaskan bahwa fungsi utama Bulog—khususnya menyerap gabah petani dan menjaga harga pangan—tidak akan terganggu. Hal ini sejalan dengan mandat nasional untuk mempersiapkan ketahanan pangan menjelang target swasembada 2028.
Perubahan manajemen di Bulog bukan kali pertama terjadi sejak Erick Thohir menjabat Menteri BUMN. Sebelumnya, sejumlah nama sempat diganti dalam tempo singkat tengah berlangsungnya rotasi untuk menjaga penyegaran dan kinerja organisasi.
Langkah "penyegaran" yang digulirkan Erick disebut sebagai upaya meningkatkan efektivitas operasional. Namun, kritik muncul menyebut bahwa bergantinya pucuk pimpinan dalam tempo cepat justru berpotensi menciptakan ketidakstabilan internal. Lembaga tentu dihadapkan pada tantangan besar: melanjutkan program strategis tanpa penurunan kualitas pelaksanaan.
Tantangan utama di tangan kepemimpinan baru kini adalah memastikan penyerapan gabah petani yang masif, stabilisasi harga pangan dan dukungan terhadap target swasembada. Semua harus dicapai sambil menjaga kepercayaan pasar, masyarakat, dan pemangku kepentingan.
Reshuffle cepat ini memperlihatkan bahwa Menteri BUMN bersikap tegas terhadap birokrasi, siap menstandarkan capaian berdasarkan target nasional. Namun implementasi lebih lanjut akan menentukan apakah langkah ini efektif memperkuat ketahanan pangan atau justru menambah beban adaptasi organisasi.