JAKARTA - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menunjukkan komitmennya dalam menjadikan wilayahnya sebagai destinasi utama investasi di Indonesia. Lewat pendekatan yang mengutamakan stabilitas keamanan, kemudahan regulasi, serta dukungan nyata bagi pekerja dan pelaku usaha, Jawa Tengah kini berhasil mencatat pertumbuhan investasi yang signifikan.
Pernyataan tersebut mengemuka dalam forum “Rembug Bareng Gubernur Jawa Tengah dengan Pimpinan Media” yang berlangsung di Grhadika Bhakti Praja. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengungkapkan bahwa berbagai langkah proaktif telah ditempuh oleh pemprov untuk menciptakan iklim investasi yang aman, stabil, dan bersahabat dengan dunia usaha.
“Gubernurnya mantan Kapolda, jadi saya pastikan soal keamanan. Perizinan juga kita kawal ketat lewat DPMPTSP. OSS satu pintu, satu hari harus selesai,” ujar Luthfi.
Menurutnya, keamanan dan kepastian hukum merupakan aspek yang tak bisa ditawar dalam menarik minat investor, terutama di tengah ketatnya persaingan antarwilayah dalam merebut arus modal, baik dari luar maupun dalam negeri. Karena itu, pendekatan berbasis kepastian hukum dan layanan cepat telah menjadi standar pelayanan investasi di Jawa Tengah.
Mekanisme Upah Berbasis Dialog
Salah satu faktor penting yang turut diperhatikan oleh investor adalah ketentuan upah buruh. Di Jawa Tengah, mekanisme penetapan upah dilakukan secara tripartit, yaitu melibatkan pemerintah, pengusaha, dan perwakilan pekerja. Gubernur Luthfi menekankan pentingnya keseimbangan dalam hal ini.
“Upah itu hasil musyawarah. Kalau terlalu tinggi, pengusaha lari. Terlalu rendah, buruh menjerit. Tapi kenyataannya, banyak pabrik pindah dan berdiri di sini,” imbuhnya.
Prinsip keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan tersebut terbukti mampu menjaga kondusivitas hubungan industrial, sekaligus mendorong pertumbuhan sektor manufaktur yang padat karya.
Kebijakan Propekerja Jadi Daya Dukung
Tak hanya fokus pada investor, Pemprov Jateng juga menerbitkan sejumlah kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan pekerja. Saat peringatan Hari Buruh 1 Mei lalu, pemerintah daerah meluncurkan subsidi transportasi Trans Jateng sebesar Rp1.000 per orang, serta menyediakan fasilitas daycare atau penitipan anak bagi pekerja perempuan.
Kebijakan tersebut diharapkan dapat menekan biaya hidup buruh, meningkatkan produktivitas, sekaligus memperkuat daya saing kawasan industri Jateng. Pemerintah berupaya menempatkan pekerja sebagai mitra penting dalam pembangunan ekonomi.
Realisasi Investasi Triwulan I-2025 Melonjak
Kerja keras tersebut tampak berbuah hasil. Pada Triwulan I 2025, total investasi yang masuk ke Jawa Tengah mencapai Rp21,85 triliun, atau setara 27,89 persen dari target tahunan. Capaian ini menjadi salah satu indikator tingginya kepercayaan investor terhadap iklim usaha di Jateng.
Investasi yang tercatat terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp14,08 triliun (64%) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp7,77 triliun (36%). Selain itu, investasi ini berhasil menciptakan lapangan kerja bagi 96.630 tenaga kerja.
Lima Sektor Unggulan Jadi Motor Investasi
Jika dilihat dari sektor penyumbang investasi, lima industri utama menjadi andalan Jawa Tengah, yaitu:
Industri tekstil,
Industri alas kaki,
Industri karet dan plastik,
Industri makanan,
Sektor perumahan dan kawasan industri.
Kelima sektor tersebut tidak hanya berkontribusi terhadap PDRB, tetapi juga memperluas basis industri hilir dan mendorong aktivitas ekspor. Dengan basis biaya produksi yang kompetitif dan dukungan infrastruktur yang makin baik, Jawa Tengah dinilai semakin ideal sebagai lokasi relokasi maupun perluasan pabrik.
Sistem Perizinan Ditingkatkan Demi Daya Saing
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Luthfi juga memaparkan keberhasilan daerahnya dalam mempercepat proses perizinan melalui sistem OSS (Online Single Submission). Ia menyebut bahwa pihaknya mengawasi langsung kinerja DPMPTSP untuk memastikan bahwa izin usaha dapat diterbitkan maksimal dalam waktu 1 hari kerja.
Langkah ini selaras dengan strategi nasional dalam mempermudah proses berusaha dan memperbaiki peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business (EoDB). Pelayanan cepat dan terintegrasi menjadi daya saing yang tak dimiliki banyak provinsi lain.
Dukungan Pers dalam Pembangunan
Forum Rembug Bareng ini diikuti oleh 76 perwakilan media dan asosiasi pers dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Dialog dua arah ini dimaksudkan untuk memperkuat komunikasi antara pemerintah dan media dalam rangka mengawal pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Pers diharapkan dapat menjadi mitra kritis dan konstruktif, menyampaikan informasi yang benar, serta memperluas jangkauan edukasi publik terkait kebijakan pemerintah.
“Forum ini bukan hanya untuk sosialisasi, tapi juga mendengarkan masukan dari media sebagai bagian dari ekosistem pembangunan daerah,” ujar Gubernur Luthfi menutup diskusi.
Dengan kombinasi antara kemudahan investasi, jaminan keamanan, kebijakan propekerja, serta komitmen reformasi birokrasi, Jawa Tengah kini menjelma sebagai salah satu magnet utama investasi di Indonesia. Tantangan yang ada ke depan akan difokuskan pada peningkatan kualitas SDM, penataan kawasan industri, dan memperkuat infrastruktur digital.
Bagi investor, Jawa Tengah menawarkan bukan hanya potensi ekonomi, tetapi juga stabilitas dan kemitraan jangka panjang yang solid.