JAKARTA — Maskapai nasional Garuda Indonesia tengah bersiap melakukan ekspansi besar-besaran dengan rencana pembelian 50 hingga 75 unit pesawat Boeing asal Amerika Serikat (AS). Langkah strategis ini dinilai bukan hanya untuk memperkuat armada penerbangan nasional, tetapi juga menjadi sinyal positif dalam mempererat hubungan dagang dengan AS di tengah negosiasi tarif resiprokal yang akan jatuh tempo pada Rabu, 9 Juli 2025.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan penjajakan serius dengan Boeing sebagai mitra utama dalam rencana ini. “Iya, sama Boeing-lah. Kita masih penjajakan untuk kemungkinan pembelian pesawat Boeing,” ungkap Wamildan kepada wartawan usai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta.
Menurut Wamildan, pembelian pesawat baru ini menjadi salah satu upaya Garuda Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk berkontribusi pada diplomasi ekonomi yang sedang ditempuh pemerintah Indonesia. “Rencana ini selaras dengan arahan pemerintah agar BUMN mampu mengambil peran strategis, termasuk untuk membuka peluang kerja sama yang lebih luas dengan negara mitra seperti Amerika Serikat,” tegasnya.
- Baca Juga Hutama Karya Genjot Irigasi Aceh Riau
Wamildan menjelaskan, jenis pesawat yang tengah dipertimbangkan oleh Garuda Indonesia dalam pembelian kali ini meliputi tipe Boeing 737 Max dan Boeing 787 Dreamliner. Namun, ia mengakui semua masih dalam tahap awal pembahasan dan belum ada kepastian soal nilai transaksi maupun jadwal pemesanan.
“Antara 50-75 pesawat. Tipe 737 Max. Ada 737, ada 787, makanya masih dalam tahap pembicaraan,” kata Wamildan, seraya meminta semua pihak bersabar hingga pembicaraan selesai dan detail final bisa diumumkan. “Ditunggu aja, ya. Nilainya nanti deh, kan masih dalam tahap pembicaraan,” imbuhnya.
Rencana pembelian puluhan pesawat ini diyakini akan menambah kekuatan armada Garuda Indonesia yang saat ini telah mengoperasikan sedikitnya 73 unit pesawat. Terdiri dari 43 armada narrow body Boeing 737-800NG, 22 armada wide body Airbus A330 Series, dan 8 armada wide body Boeing 777-300ER.
Sementara itu, dari sisi pendanaan, Garuda Indonesia baru saja mendapat suntikan modal dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) senilai Rp 6,6 triliun atau setara USD 405 juta. Pendanaan ini akan difokuskan untuk mendukung kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO) armada sebagai bagian dari total dukungan senilai USD 1 miliar.
“Danantara Indonesia memberikan dukungan awal berupa pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai Rp6.650.505.000.000 (atau setara dengan USD 405 juta),” ungkap Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, dalam keterangan resminya, Selasa (24/6). Dony menegaskan, langkah ini menjadi bentuk nyata komitmen Danantara Indonesia dalam mendukung restrukturisasi dan transformasi Garuda Indonesia agar lebih sehat dan kompetitif.
Sebagai informasi, Boeing merupakan produsen pesawat terbesar di dunia yang berbasis di AS. Jika pembelian ini terealisasi, bukan hanya akan meningkatkan kapasitas layanan Garuda Indonesia di pasar domestik dan internasional, tetapi juga diyakini membawa pengaruh positif pada hubungan perdagangan Indonesia-AS, terutama menjelang berakhirnya masa negosiasi tarif resiprokal dengan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pemerintah sendiri menilai peningkatan kerja sama dengan produsen strategis seperti Boeing bisa memberikan keuntungan timbal balik bagi kedua negara, baik dari sisi ekonomi maupun transfer teknologi di sektor penerbangan.
Langkah Garuda Indonesia ini juga dinilai selaras dengan kebutuhan pasar penerbangan Indonesia yang terus tumbuh, terutama untuk mendukung pariwisata dan konektivitas antardaerah di Nusantara, sekaligus menjawab kebutuhan penerbangan jarak jauh dengan pesawat modern berkapasitas besar.
Dengan strategi ini, Garuda Indonesia berharap mampu bersaing lebih kompetitif di kancah global dan menjaga posisi sebagai maskapai nasional kebanggaan Indonesia.