JAKARTA - Dunia media sosial kembali diramaikan dengan tren kata baru yang bikin penasaran banyak orang, khususnya generasi Z dan Alpha. Kata tersebut adalah “yapping”, sebuah istilah yang belakangan sering seliweran di TikTok maupun platform media sosial lain. Banyak netizen yang mulai memasukkan istilah ini ke dalam percakapan sehari-hari mereka, tetapi tidak sedikit pula yang masih bertanya-tanya: apa sebenarnya arti kata “yapping” yang mendadak viral ini?
“yapping” bukan kata baru dalam bahasa Inggris, hanya saja penggunaannya kini semakin populer dan bergeser makna ketika dipakai sebagai bahasa gaul anak muda. Secara harfiah, “yapping” berarti berbicara terus-menerus dengan nada cepat, berisik, dan seringkali mengganggu. Kata ini awalnya digunakan untuk menirukan suara gonggongan anjing kecil yang menggema berulang-ulang.
Seiring waktu, istilah ini berkembang menjadi kata sindiran untuk menyebut orang yang banyak bicara, apalagi jika yang dibicarakan cenderung tak penting atau tak relevan. “Yapping” juga sering digunakan secara sarkastik di media sosial, menyinggung orang-orang yang senang mendominasi percakapan dengan ocehan tak berujung. Tidak mengherankan jika kata ini kemudian melejit sebagai bahasa gaul kekinian.
Menurut Cambridge Dictionary, “yapping” merupakan turunan dari kata “yap” yang mengacu pada gonggongan cepat dan melengking. Sementara Merriam-Webster mendefinisikannya sebagai tindakan berbicara dengan nada tinggi, cepat, dan terus-menerus, atau menggonggong secara berulang. Menariknya, dalam bahasa slang, “yapping” bahkan kerap digunakan untuk merujuk pada “mulut”.
Nicole Holliday, asisten profesor linguistik di Pomona College, menjelaskan dalam The New York Times bahwa kata “yap” sendiri sudah ada sejak abad ke-17. “Kata ini awalnya memang menirukan suara anjing kecil yang bernada tinggi, dan dalam perkembangannya digunakan dalam musik hip-hop,” ujar Holliday. Ia juga menyinggung bahwa meski “yapping” bisa diasosiasikan dengan perempuan karena nada suaranya yang melengking, banyak pengguna perempuan di media sosial kini justru merebut kembali istilah ini dan menjadikannya identitas.
Namun, Dr. Holliday memperkirakan kepopuleran “yapping” bisa jadi hanya sementara. Sebab, dalam dinamika bahasa gaul, tren slang sering kali cepat berganti. “Masalah dengan TikTok adalah orang-orang yang tidak keren dapat melihatmu berbicara di depan umum,” katanya, menyiratkan bahwa jika slang sudah diketahui orang luar komunitas, ia rentan kehilangan keunikannya.
Di sisi lain, Jess Rauchberg, asisten profesor teknologi komunikasi di Seton Hall University, menilai bahwa tren penggunaan kata “yapping” tidak lepas dari perubahan fitur platform TikTok. Menurutnya, dengan adanya kebijakan TikTok yang memperpanjang durasi video hingga 10 bahkan 30 menit, banyak pengguna akhirnya terdorong untuk berbicara lebih lama. “Istilah ini muncul sebagai cara untuk mengolok-olok orang yang suka membahas panjang lebar. Ini juga mencerminkan ketakutan kreator: bagaimana jika saya bicara terlalu banyak atau salah ngomong?” jelas Rauchberg.
Menariknya, “yapping” bahkan sudah merambah ke lirik lagu musisi terkenal. Beyoncé menggunakan kata ini di album terbarunya, Cowboy Carter, dalam kalimat “When they know it’s slappin’, then here come the yappin’.” Penggunaan di karya musisi papan atas membuktikan betapa populernya istilah ini dalam budaya populer.
Untuk membantu memahami penggunaan “yapping” dalam percakapan, berikut beberapa contoh kalimat dalam bahasa Inggris:
“He’s always yapping about politics.” (Dia selalu ngoceh soal politik.)
“Stop yapping and get to the point!” (Berhenti ngoceh dan langsung ke intinya!)
“She’s been yapping on the phone for hours.” (Dia ngobrol di telepon berjam-jam.)
“Don’t listen to his yapping, he doesn’t know what he’s talking about.” (Jangan dengarkan ocehannya, dia tidak tahu apa yang dibicarakan.)
“The dog wouldn’t stop yapping at the mailman.” (Anjing itu terus menggonggong pada tukang pos.)
Sedangkan contoh penggunaan dalam bahasa gaul Indonesia, kata “yapping” sudah sering dipakai remaja untuk menggambarkan teman yang bawel atau terlalu banyak ngomong:
“Duh, si A yapping terus dari tadi, nggak ada habisnya.” (Duh, si A ngomong terus dari tadi, nggak ada habisnya.)
“Udah deh, nggak usah yapping, langsung aja kerjain.” (Udah deh, nggak usah banyak omong, langsung kerjain.)
“Dia emang suka yapping, jadi jangan terlalu diambil hati.” (Dia suka ngomong nggak penting, jadi santai aja.)
“Gue males dengerin dia yapping, mending cabut duluan.” (Males dengerin ocehannya, mending pergi duluan.)
“Yapping mulu, kapan selesainya ini kerjaan?” (Ngomong terus, kapan kerjaannya selesai?)
“yapping” bukan hanya bahasa gaul musiman, tetapi juga mencerminkan dinamika komunikasi generasi muda yang akrab dengan media sosial. Istilah ini memperlihatkan bagaimana kebiasaan ngobrol panjang lebar di era digital bisa jadi hiburan sekaligus bahan sindiran. Namun, seperti kata Dr. Holliday, cepatnya arus tren di TikTok membuat istilah semacam ini bisa saja pudar sewaktu-waktu.