Erick Thohir Pacu Hilirisasi Energi Hijau

Rabu, 02 Juli 2025 | 09:14:50 WIB
Erick Thohir Pacu Hilirisasi Energi Hijau

JAKARTA - Dorongan untuk mengubah wajah industri nasional agar tak lagi sekadar mengekspor bahan mentah terus digaungkan pemerintah. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan komitmen kuat BUMN dalam mendukung hilirisasi energi hijau, dengan menekankan pentingnya pembangunan industri bernilai tambah di dalam negeri. Hal itu diungkapkan Erick saat menghadiri groundbreaking ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang, Jawa Barat.

Menurut Erick, keberadaan ekosistem industri baterai ini menjadi langkah strategis yang tak hanya penting bagi penguatan industri nasional, tetapi juga untuk menegaskan posisi Indonesia dalam peta industri hijau dunia. "Presiden Prabowo Subianto terus mendorong agar BUMN mengambil peran strategis dalam hilirisasi industri, serta mendukung penuh transformasi menuju industri hijau, khususnya dalam industri baterai terintegrasi," ujar Erick.

Proyek strategis ini merupakan hasil kerja sama Kementerian BUMN melalui PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta konsorsium CATL, Brunp, dan Lygend (CBL). Proyek senilai US$5,9 miliar ini diharapkan mampu menciptakan rantai nilai industri yang solid, dimulai dari pengolahan bijih nikel hingga produksi sel baterai berstandar global.

Fokus pada Investasi dan Keberlanjutan

Erick menegaskan, konsorsium BUMN yang berada di bawah Danantara akan memainkan peran penting dalam pengelolaan investasi dan operasionalisasi secara berkesinambungan. Dengan cara ini, Indonesia tak lagi hanya mengandalkan ekspor bahan mentah seperti bijih nikel, tetapi mampu memproduksi produk akhir yang memiliki nilai tambah tinggi. "Indonesia tidak lagi sekadar menambang dan mengekspor bahan mentah, melainkan membangun industri bernilai tambah hingga produk akhir seperti baterai kendaraan listrik," kata Erick.

Keberadaan industri ini sekaligus menjadi wujud nyata implementasi hilirisasi yang menjadi program prioritas pemerintah. Erick menilai hilirisasi bukan hanya soal mengolah bahan tambang, tetapi juga membuka peluang untuk penguasaan teknologi, pengembangan SDM, dan penyerapan tenaga kerja dalam skala luas.

Pabrik Baterai Berkapasitas Raksasa Dibangun di Karawang

Dalam kesempatan tersebut, Erick memaparkan bahwa pembangunan pabrik sel baterai di Karawang akan menjadi salah satu yang terbesar di kawasan Asia. Pabrik ini memiliki kapasitas awal 6,9 gigawatt hour (GWh) dan akan dikembangkan hingga 15 GWh dalam lima tahun mendatang. Targetnya, fasilitas ini mulai beroperasi pada 2026 untuk memasok kebutuhan pasar kendaraan listrik nasional dan internasional, termasuk sistem penyimpanan energi.

"Proyek pabrik baterai di Karawang tidak hanya akan memasok kebutuhan kendaraan listrik nasional, tetapi juga menargetkan ekspor baterai berkualitas tinggi ke pasar global," tegas Erick. Kehadiran pabrik ini diproyeksikan menjadi magnet investasi bagi sektor pendukung lainnya, mulai dari logistik, transportasi, hingga katering.

Dampak Ekonomi Langsung bagi Masyarakat

Erick juga menekankan, hilirisasi industri baterai bukan hanya menguntungkan industri besar, tetapi membawa efek positif langsung bagi masyarakat sekitar proyek. Salah satu manfaat nyata adalah penciptaan ribuan lapangan kerja. Erick mengungkapkan, proyek ini akan menyerap 8.000 tenaga kerja langsung dan ribuan lapangan kerja tidak langsung.

"Kita berbicara tentang 8.000 tenaga kerja langsung dan ribuan lapangan kerja lain secara tidak langsung, termasuk dari sektor pendukung seperti katering dan transportasi," kata Erick.

Ia meyakini, pergerakan ekonomi dari pembangunan pabrik baterai akan menimbulkan efek berganda (multiplier effect) yang mendorong perekonomian lokal di Kabupaten Karawang dan sekitarnya. Selain itu, tumbuhnya industri hijau akan memacu daerah lain untuk mengembangkan potensi serupa.

Perkuat Posisi Indonesia di Rantai Pasok Global

Lebih jauh, Erick menekankan bahwa keterlibatan mitra internasional dalam proyek ini menjadi langkah strategis untuk menempatkan Indonesia sebagai bagian penting dalam rantai pasok industri baterai global. Konsorsium dengan perusahaan global seperti CATL, Brunp, dan Lygend memungkinkan alih teknologi sekaligus memperkuat kemampuan produksi dalam negeri.

"Keterlibatan mitra global seperti CATL, Brunp, dan Lygend dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik akan memperkuat posisi Indonesia sebagai bagian penting dari rantai pasok internasional," ujar Erick.

Dengan semakin berkembangnya ekosistem industri baterai kendaraan listrik, Erick berharap Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi, tetapi juga bertransformasi menjadi pusat produksi teknologi hijau berstandar dunia.

Transformasi Menuju Industri Hijau

Erick menyampaikan bahwa pembangunan ekosistem industri baterai terintegrasi ini selaras dengan visi pemerintah untuk mendukung transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Proyek ini sejalan dengan target penurunan emisi karbon dan pengembangan industri ramah lingkungan yang lebih berkelanjutan.

Dengan seluruh upaya ini, Erick berharap Indonesia semakin siap menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik global dan memimpin inovasi teknologi hijau di kawasan Asia bahkan dunia.

Terkini

5 Aktris Korea Terfavorit Versi Penonton RI

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:06:36 WIB

Indonesia Dorong Transformasi Pendidikan ASEAN

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:14:20 WIB

Omakase, Kuliner Premium Jakarta

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:19:40 WIB

Sembako Naik Turun, Warga Padang Hemat

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:23:11 WIB