Sydney London Non stop: Qantas Hadirkan Era Baru Penerbangan 20 Jam pada 2027

Selasa, 01 Juli 2025 | 10:27:11 WIB
Sydney London Non stop: Qantas Hadirkan Era Baru Penerbangan 20 Jam pada 2027

JAKARTA - Industri penerbangan bersiap menyambut tonggak sejarah baru: maskapai Qantas dari Australia dipastikan akan merilis penerbangan non-stop terpanjang di dunia dengan rute Sydney-London pada 2027 mendatang. Penerbangan revolusioner ini akan membawa penumpang menempuh jarak sekitar 17.015 kilometer dalam waktu lebih dari 20 jam di udara, menjadikannya penerbangan komersial penumpang terpanjang yang pernah ada, seperti dilansir Time Out.

Langkah besar ini diumumkan setelah Qantas menunda rencana awal yang semestinya dimulai pada 2025. Penundaan terjadi karena tantangan teknis serta dampak pandemi yang memaksa maskapai meninjau kembali target mereka. Kini, dengan tanggal baru yang ditetapkan pada paruh pertama 2027, Qantas memastikan persiapan matang demi mewujudkan rute ini.

Hingga saat ini, gelar penerbangan non-stop terpanjang masih dipegang Singapore Airlines pada rute Singapura-New York dengan jarak 15.300 kilometer yang ditempuh dalam waktu sekitar 18,5 jam. Sementara Qantas sudah memiliki pengalaman di rute ultra-long-haul melalui penerbangan Perth-London (17,5 jam) yang menempati posisi ketiga penerbangan terpanjang dunia. Rute lain milik Qantas seperti Perth-Paris (17 jam) dan Melbourne-Dallas (16 jam) juga masuk jajaran penerbangan jarak jauh terlama.

Namun, rute Sydney-London yang akan segera diluncurkan diprediksi akan melampaui semua itu. Penerbangan ini menjadi bagian dari proyek ambisius bertajuk Project Sunrise. Nama proyek tersebut dipilih karena penumpang rute ini akan berkesempatan menyaksikan matahari terbit dua kali dalam satu penerbangan, sebuah pengalaman yang dijanjikan Qantas sebagai momen unik dan tak terlupakan di udara.

CEO Qantas sebelumnya mengungkapkan bahwa Project Sunrise merupakan terobosan yang diimpikan perusahaan selama puluhan tahun, sebagai upaya memangkas waktu perjalanan antarbenua secara signifikan tanpa transit.

Untuk mendukung penerbangan ultra-panjang ini, Qantas menyiapkan 12 armada baru Airbus A350-1000 yang dimodifikasi khusus. Kapasitas normal 300 kursi akan dikurangi menjadi hanya 238 kursi, memberikan ruang ekstra bagi penumpang dan menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman, terutama mengingat durasi perjalanan yang mencapai 20 jam. Pengurangan kursi ini juga memungkinkan Qantas menghadirkan zona wellness khusus di antara kelas ekonomi dan premium, yang akan membantu penumpang tetap bugar selama perjalanan.

Zona wellness ini dilengkapi stasiun hidrasi, pegangan untuk melakukan peregangan, serta program olahraga yang bisa diakses lewat layar hiburan di kabin. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko kelelahan ekstrem atau deep vein thrombosis (DVT) yang rentan terjadi pada penerbangan lama.

“Zona ini akan membantu penumpang bergerak, menjaga sirkulasi tubuh, dan meningkatkan kenyamanan sepanjang penerbangan,” ungkap pihak Qantas dalam pernyataan resminya.

Tak hanya itu, Qantas juga mengedepankan kenyamanan kelas premium dan kelas satu yang akan dilengkapi dengan kursi yang bisa direbahkan menjadi tempat tidur datar. Penumpang kelas satu akan menikmati privasi dengan pintu geser pribadi, layar HD 32 inci, lemari dan tempat penyimpanan khusus, serta tablet kontrol yang memungkinkan penyesuaian pencahayaan, suhu, hingga kelembapan di kabin.

Semua fitur ini dirancang untuk memastikan penerbangan belasan jam tidak terasa seperti siksaan, tetapi menjadi pengalaman mewah yang tak terlupakan. Qantas menegaskan bahwa standar layanan mereka di Project Sunrise akan menandai standar baru dalam industri penerbangan jarak jauh global.

“Penerbangan 20 jam tidak lagi harus berarti ketidaknyamanan. Kami ingin menunjukkan bahwa perjalanan jauh bisa tetap menyenangkan,” ujar Qantas dalam keterangannya.

Sebagai bagian dari Project Sunrise, Qantas juga akan meluncurkan rute non-stop Sydney-New York dengan durasi terbang sekitar 18 jam. Meski demikian, maskapai belum mengonfirmasi apakah rute Sydney-London atau Sydney-New York yang akan lebih dulu resmi beroperasi.

Langkah Qantas ini juga menegaskan ambisi mereka untuk mendominasi pasar penerbangan ultra-long-haul yang selama ini masih terbatas. Jika berhasil, penerbangan Sydney-London akan memangkas waktu perjalanan hingga beberapa jam dibandingkan rute konvensional yang membutuhkan satu atau dua kali transit.

Para ahli penerbangan pun menyebut penerbangan ini sebagai “game changer” dalam industri aviasi global. Selain menawarkan kenyamanan perjalanan langsung tanpa transit, penerbangan ini akan menjadi pilihan ideal bagi penumpang kelas bisnis dan wisatawan premium yang menghargai efisiensi waktu.

Namun, tantangan juga tak sedikit. Operator penerbangan ultra-long-haul menghadapi risiko seperti fluktuasi harga bahan bakar, kebutuhan perawatan intensif armada khusus, serta penyesuaian layanan kabin agar sesuai dengan kebutuhan perjalanan sangat panjang.

Di sisi lain, kehadiran penerbangan non-stop Sydney-London ini juga menimbulkan antusiasme di kalangan traveler internasional, khususnya mereka yang terbiasa melakukan perjalanan bisnis antara benua Australia dan Eropa.

Apabila penerbangan ini sukses, bukan tidak mungkin rute ultra-panjang lain akan segera menyusul, dan mendorong maskapai-maskapai lain berlomba menghadirkan penerbangan non-stop lintas benua yang semakin jauh.

Terkini