Kementerian ESDM Pacu Produksi Minyak Nasional Capai 1 Juta Barel per Hari

Jumat, 27 Juni 2025 | 07:49:19 WIB
Kementerian ESDM Pacu Produksi Minyak Nasional Capai 1 Juta Barel per Hari

JAKARTA – Pemerintah Indonesia menargetkan ambisi besar untuk mewujudkan kemandirian energi nasional dalam empat hingga lima tahun mendatang dengan memacu produksi minyak bumi hingga 900.000 hingga 1 juta barel per hari pada 2029–2030. Target itu ditegaskan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebagai bagian dari strategi besar menuju swasembada energi yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah.

Upaya tersebut mulai menunjukkan hasil konkret dengan peningkatan produksi minyak di Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil. Presiden Prabowo, meski tidak hadir secara fisik, secara daring meresmikan penambahan produksi sebesar 30.000 barel per hari dari empat sumur baru di Blok Cepu pada Kamis, 26 Juni 2025. Penambahan ini mendorong total produksi Blok Cepu dari 150.000 menjadi 180.000 barel per hari, yang berkontribusi hingga 25 persen dari total lifting minyak nasional.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menegaskan bahwa dengan penambahan produksi Blok Cepu, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target nasional. “Dengan penambahan produksi minyak ExxonMobil di Blok Cepu, Indonesia sudah dalam jalurnya untuk mencapai target tersebut, dan memenuhi target produksi tahun ini sebesar 605.000 barel per hari,” jelas Yuliot dalam keterangan usai acara peresmian penambahan produksi Blok Cepu.

Yuliot menambahkan, Kementerian ESDM telah menyiapkan sejumlah langkah strategis guna mendukung peningkatan produksi migas nasional. Langkah pertama adalah percepatan eksplorasi di semua wilayah kerja yang berada di bawah pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

“Pertama adalah kita melakukan percepatan untuk pelaksanaan eksplorasi di setiap blok wilayah kerja. Seperti hari ini, empat eksplorasi yang kita lakukan menghasilkan produksi sekitar 30.000 barel per hari. Jadi untuk wilayah kerja yang lain itu juga hampir sama, kita akan dorong peningkatan eksplorasi,” ungkap Yuliot.

Selain eksplorasi, Yuliot menyebut pemerintah juga fokus pada revitalisasi wilayah kerja yang mengalami penurunan produksi. Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan horizontal fracking akan diterapkan secara intensif untuk meningkatkan hasil produksi dari sumur-sumur tua. “Jadi itu juga memungkinkan untuk peningkatan produksi dari wilayah kerja yang ada,” tambahnya.

Tak hanya itu, percepatan penawaran wilayah kerja baru juga menjadi fokus Kementerian ESDM. Yuliot memaparkan bahwa pemerintah telah menyiapkan 61 wilayah kerja yang sudah ditawarkan kepada pelaku usaha migas nasional maupun asing. “Ada 61 wilayah kerja yang sudah kita tawarkan kepada pelaku usaha,” katanya.

Dari sisi regulasi, pemerintah juga menyadari pentingnya kebijakan yang mendukung kemudahan investasi. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh terhadap regulasi terkait kegiatan hulu migas akan dilakukan. Yuliot memastikan bahwa kementerian akan memperbaiki kebijakan yang dinilai menghambat investasi dan akan menyempurnakan berbagai insentif yang sudah ada.

“Jadi apakah cukup atau ini perlu tambahan insentif bagi pelaku usaha. Kita akan sempurnakan insentif-insentif yang sudah kita berikan pada badan usaha,” tegas Yuliot.

Selain itu, Kementerian ESDM juga akan mereformasi perizinan dengan memperpendek prosedur birokrasi. “Kita integrasikan beberapa pelayanan perizinan sehingga pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menjadi lebih cepat dan lebih efisien dalam memasuki kegiatan produksi,” lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Prabowo Subianto dalam sambutannya secara daring menekankan pentingnya percepatan produksi minyak nasional sebagai langkah strategis untuk mendukung kemandirian energi. Menurutnya, kedaulatan energi merupakan syarat utama untuk menjaga stabilitas nasional di bidang ekonomi dan politik.

“Target produksi minyak hingga 1 juta barel per hari adalah upaya nyata kita untuk swasembada energi. Kita tidak boleh lagi bergantung pada negara lain untuk kebutuhan energi nasional,” tegas Presiden Prabowo dalam pernyataannya.

Peresmian penambahan produksi Blok Cepu ini juga dibarengi dengan pengumuman proyek strategis lain di sektor energi, yaitu pengoperasian dan pembangunan proyek pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) di 15 provinsi dengan total kapasitas 379,7 megawatt (MW) dan total investasi sekitar Rp25 triliun. Proyek EBT ini diharapkan menjadi tonggak penting menuju bauran energi nasional yang lebih ramah lingkungan.

Pakar energi dari Universitas Indonesia, Taufik Ramadhan, menilai langkah pemerintah mempercepat eksplorasi dan mendorong penggunaan teknologi EOR sangat krusial. “Sumur tua kita banyak, kalau tidak pakai teknologi peningkatan produksi seperti EOR, kita hanya mengandalkan sumur baru yang tentu biayanya mahal. Langkah pemerintah ini tepat,” jelas Taufik.

Ia juga menilai target produksi 1 juta barel per hari pada 2030 cukup realistis asalkan seluruh rencana pemerintah, termasuk reformasi perizinan, percepatan wilayah kerja, hingga penyempurnaan insentif, dijalankan konsisten.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Perusahaan Migas Nasional, Ridwan Subekti, menyebut percepatan perizinan adalah kunci agar perusahaan bisa lebih cepat masuk ke tahap eksplorasi dan produksi. “Kalau izin berbelit-belit, investor mundur. Percepatan izin yang dijanjikan pemerintah ini sangat kita harapkan,” ujar Ridwan.

Saat ini, produksi minyak nasional masih berkisar di angka 600 ribu barel per hari, sementara kebutuhan dalam negeri mencapai lebih dari 1,4 juta barel per hari. Defisit inilah yang membuat Indonesia harus mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar setiap tahun. Defisit energi ini juga berdampak pada tekanan terhadap neraca perdagangan migas nasional.

Dengan strategi peningkatan produksi melalui eksplorasi, revitalisasi sumur tua, serta penawaran wilayah kerja baru, pemerintah optimistis dapat mengurangi impor minyak secara signifikan dalam lima tahun ke depan.

Langkah-langkah Kementerian ESDM ini sejalan dengan kebijakan transisi energi nasional yang juga mendorong pengembangan energi terbarukan. Dalam jangka panjang, pemerintah berharap kombinasi antara peningkatan produksi minyak dan percepatan proyek EBT akan menempatkan Indonesia dalam posisi lebih kuat dalam menghadapi tantangan energi global.

Dengan berbagai kebijakan strategis yang telah dipersiapkan, pemerintah menegaskan komitmennya untuk mewujudkan ketahanan energi nasional yang bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan.

Terkini