Bos Dapen BCA Ungkap Kelebihan dan Risiko Investasi di ETF Emas, Ini Pertimbangannya

Kamis, 12 Juni 2025 | 12:17:08 WIB
Bos Dapen BCA Ungkap Kelebihan dan Risiko Investasi di ETF Emas, Ini Pertimbangannya

JAKARTA – Dana Pensiun Bank Central Asia (Dapen BCA), yang merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja dengan Program Iuran Pasti (DPPK PPIP), mengungkapkan potensi dan tantangan dalam berinvestasi pada instrumen Exchange Traded Fund (ETF) emas, yang dinilai sebagai salah satu alternatif investasi strategis, terutama di tengah ketidakpastian pasar global.

Direktur Utama Dapen BCA, Budi Sutrisno, mengatakan bahwa investasi pada ETF emas memiliki sejumlah kelebihan yang menarik bagi pengelolaan portofolio dana pensiun. Menurutnya, ETF emas dapat menjadi alat diversifikasi yang efektif dalam mengelola dana investasi, terutama untuk menciptakan portofolio yang lebih stabil di tengah fluktuasi pasar.

“ETF emas memiliki sifat likuid dan mudah diperdagangkan di bursa dibandingkan emas fisik. Selain itu, ada transparansi harga yang mengikuti pasar internasional,” ujar Budi.

Kelebihan ETF Emas: Likuid dan Transparan

ETF emas merupakan instrumen investasi berbasis aset emas yang diperdagangkan di bursa layaknya saham. Menurut Budi, keunggulan utama dari ETF emas terletak pada kemudahannya dalam transaksi jual-beli, transparansi harga yang mengacu pada harga spot emas internasional, serta sifatnya yang likuid, sehingga memudahkan pengelolaan portofolio bagi institusi besar seperti dana pensiun.

Selain itu, ETF emas juga dipandang sebagai instrumen lindung nilai (hedging) terhadap risiko inflasi dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Hal ini menjadi penting, mengingat tekanan inflasi yang terus membayangi perekonomian global serta potensi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

“ETF emas bisa menjadi opsi menarik, terutama sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar saham,” jelas Budi.

Risiko dan Tantangan: Volatilitas dan Tracking Error

Meski menjanjikan kelebihan, Budi tidak menampik bahwa investasi di ETF emas juga memiliki sejumlah risiko dan kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah sifat ETF emas sebagai aset non-yielding, yaitu tidak memberikan pendapatan tetap seperti bunga atau dividen.

Selain itu, harga ETF emas sangat bergantung pada mekanisme pasar dan kinerja manajer investasi, yang bisa menyebabkan tracking error atau perbedaan antara harga ETF dengan harga spot emas yang dijadikan acuan.

“ETF emas tergolong aset non-yielding dan nilainya bisa fluktuatif dalam jangka pendek. Ada pula risiko basis atau tracking error terhadap harga spot emas,” tambahnya.

Dapen BCA Tetap Cermat dalam Pengambilan Keputusan

Meskipun ETF emas dinilai potensial, Budi menegaskan bahwa setiap keputusan investasi harus mempertimbangkan sejumlah aspek penting. Dapen BCA, sebagai institusi pengelola dana pensiun, berkomitmen untuk tetap taat pada regulasi dan prinsip kehati-hatian, terutama yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Beberapa aspek yang dipertimbangkan oleh Dapen BCA sebelum menempatkan investasi di ETF emas antara lain:

-Aspek regulasi dan kepatuhan: Memastikan bahwa instrumen ETF emas sesuai dengan ketentuan OJK, termasuk batasan alokasi investasi dana pensiun.

-Likuiditas pasar domestik: Menilai apakah ETF emas memiliki volume perdagangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

-Risiko pasar: Meskipun emas dianggap sebagai aset safe haven, harga ETF tetap bisa dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global dan gejolak geopolitik.

-Biaya investasi: Termasuk biaya pengelolaan ETF, biaya transaksi di bursa, dan biaya lainnya yang mempengaruhi imbal hasil bersih investasi.

“Sebelum berinvestasi, kami perlu mencermati regulasi, likuiditas, risiko pasar, dan struktur biaya agar sesuai dengan kepentingan peserta dana pensiun,” jelas Budi.

Komposisi Portofolio Masih Didominasi SBN

Hingga Mei 2025, portofolio investasi Dapen BCA masih didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN), dengan porsi mencapai 38,08% dari total aset investasi yang mencapai Rp 5,9 triliun. Ini menunjukkan pendekatan konservatif yang masih dipegang oleh Dapen BCA dalam menjaga kestabilan portofolionya, sembari menjajaki instrumen baru seperti ETF emas untuk diversifikasi.

Dukungan dari OJK terhadap ETF Emas

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri menanggapi positif prospek ETF emas sebagai alternatif investasi bagi institusi keuangan seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi. Deputi Komisioner Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Iwan Pasila, menyatakan bahwa ETF emas dapat menjadi penyeimbang portofolio saat terjadi gejolak di pasar saham.

“Emas itu bisa mengompensasi fluktuasi di saham. Ketika saham turun, emas bisa jadi penyeimbang,” kata Iwan Pasila, Rabu (21/5).

Iwan juga mengungkap bahwa OJK telah melakukan diskusi intensif dengan pelaku pasar dan asosiasi terkait kesiapan infrastruktur investasi ETF emas. Saat ini, infrastruktur tersebut dinilai telah tersedia dan aman, tinggal menunggu penyempurnaan regulasi teknis agar dapat diimplementasikan secara luas.

“Kami sudah berdiskusi dengan pelaku pasar dan asosiasi. Infrastruktur ETF emas sudah ada dan aman. Sekarang tinggal menunggu regulasi teknisnya,” pungkas Iwan.

ETF Emas Sebagai Strategi Masa Depan

Dalam lanskap investasi yang semakin dinamis, terutama bagi institusi pengelola dana besar seperti dana pensiun, strategi diversifikasi menjadi keharusan. Dapen BCA melalui kepemimpinan Budi Sutrisno menunjukkan keterbukaan untuk mengeksplorasi instrumen-instrumen baru, namun tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap regulasi.

Dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara menyeluruh, ETF emas berpotensi menjadi alat diversifikasi jangka panjang yang mendukung kestabilan portofolio dana pensiun, khususnya dalam mengantisipasi fluktuasi pasar keuangan dan tekanan ekonomi global.

Terkini